TIdak jarang kita mendengar kalimat ini keluar dari mulut orang dewasa, bukan? “Ah, anak mana ngerti?”
Sebagai guru Sekolah Minggu, salah satu kalimat tabu yang harus kita hindari adalah, “Anak mana ngerti?”. Anak-anak menyimpan potensi lebih dari yang Anda pikirkan, jangan anggap remeh mereka.
Pemikiran “Ah anak mana ngerti” ini membuat kebanyakan program Sekolah Minggu dibuat hanya untuk bersenang-senang. Guru Sekolah Minggu seolah putus asa dengan kompleksnya masalah yang mereka hadapi sehingga akhirnya lebih terpaku pada “jumlah kehadiran” anak-anak daripada tujuan penginjilan atau pemuridan anak-anak. Continue reading