Kegelisahan di kelas…

Anak yang gelisah terkadang mudah diidentifikasi di dalam kelas (seperti ketika seorang anak gugup sebelum ujian sekolah). Tapi terkadang kegelisahan terlihat sebagai sesuatu yang benar-benar lain (seperti tidak enak perut, perilaku mudah marah atau merusak, ADHD atau gangguan belajar.

Ada banyak tipe kegelisahan, itulah yang membuatnya seringkali sulit dideteksi. Kesamaan dari banyak tipe tersebut adalah, kata ahli saraf dan mantan guru Ken Schuster, PsyD, adalah terkadang kegelisahan “mengunci otak”, membuat sekolah menjadi begitu sulit bagi anak-anak yang gelisah.

Anak-anak dapat bergumul dengan:

  1. Separation Anxiety: Kegelisahan akibat takut dipisahkan dari pengasuh. Anak-anak ini dapat mengalami hari yang berat selama berada di sekolah
  2. Social Anxiety atau kegelisahan sosial: Anak-anak yang canggung mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan temannya atau berpartisipasi di kelas.
  3. Selective Mutism: Ketika anak-anak mengalami kesulitan untuk berbicara dalam beberapa kondisi tertentu, seperti ketika berada dekat dengan guru
  4. Generalized anxiety: Ketika seorang anak khawatir mengenai masalah sehari-hari. Anak-anak dengan jenis kecemasan semacam ini sering khawatir terutama tentang kinerja mereka di sekolah dan mereka berjuang melawan sikap perfeksionisme mereka.
  5. Obsessive-compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif: Bila pikiran anak dipenuhi dengan pikiran yang tidak diinginkan dan penuh dengan tekanan. Anak-anak dengan OCD mencoba meringankan kecemasan mereka dengan melakukan ritual kompulsif seperti menghitung atau mencuci tangan.
  6. Specific phobias: Bila anak-anak memiliki ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap hal-hal tertentu, seperti takut pada hewan atau badai.

 

Dalam tulisan berikutnya kita akan membahas satu persatu jenis-jenis kecemasan di atas. Untuk sekarang, coba lihat di kelas Anda, adakah siswa-siswi Anda yang memiliki gejala di atas?

diambil dari: https://childmind.org

Advertisement

Permasalahan Perilaku pada Balita

Balita yang sulit diatur bisa menjadi permasalahan serius. Memberi penjelasan tidak terlalu berguna dan menghukum malah akan membuat perilakunya semakin buruk. Jadi kita harus bagaimana? Teruslah membaca sampai akhir untuk mendapatkan tips bagaimana menghadapi masalah perilaku pada balita dan bagaimana Anda dapat membantu mereka.

Suka Menginterupsi

Anak kecil cenderung bersemangat dan tidak dapat mengendalikan keinginan mereka untuk mengatakan apa yang ingin mereka katakan. Mereka terus mengganggu Anda sepanjang waktu. Jadi, lain kali Anda sedang bicara dengan anak Anda yang berusia tiga tahun, inilah yang harus Anda lakukan.

  • Biarkan mereka menyelesaikan apa yang ingin mereka katakan. Dengarkan mereka tanpa menginterupsi dan kemudian bicaralah saat mereka sudah selesai bicara.
  • Saat mereka menyela, jelaskan bagaimana mama (atau papa) tidak memotong dan mendengarkan saat mereka berbicara. Katakan kepada mereka bahwa mereka akan mendapat kesempatan untuk berbicara setelah Anda selesai. Katakan, “Tunggu sampai mama selesai, sayang” atau “Mama belum selesai bicara, lho.”

Suka Berteriak-teriak

Balita, terutama mereka yang berusia kurang dari tiga tahun, tidak dapat mengekspresikan dirinya secara verbal. Mereka cenderung menunjukkan kemarahan atau frustrasinya dengan cara yang berbeda, termasuk menjerit. Jadi, apa yang harus kita lakukan saat balita berteriak-teriak?

  • Jangan berteriak atau balas berteriak pada mereka. Jika kita ikut berteriak, mereka hanya akan berpikir bahwa tidak apa-apa berteriak atau menjerit-jerit.
  • Ajarkan mereka untuk berbisik atau berbicara dengan tenang, melalui sebuah permainan. Misalnya, Anda bisa mulai dengan ‘ayo lihat siapa yang bisa menjerit paling keras’, lalu coba ‘sekarang siapa yang bisa bicara dengan tenang atau berbisik’.
  • Coba pahami perasaan mereka dan bicaralah pada mereka. Meskipun sulit bicara dengan anak berusia satu tahun, namun kata-kata bisa menenangkan anak itu, dan mereka mungkin berhenti menjerit.

Berlari-lari

Apakah anak Anda melarikan diri dan bersembunyi saat dia marah? Atau hanya sekedar berlari menjauh di mana pun mereka berada? Berlari bisa jadi berbahaya, terutama jika dia melakukannya di jalan, supermarket atau tempat umum lainnya. Tapi Anda bisa membuatnya tetap aman dengan:

  • Tetap awasi gerakan anak-anak. Selalu pegang tangannya saat di jalan atau tempat ramai lainnya.
  • Tunjukkan di mana dia bisa berlari dan dimana dia tidak bisa. Jelaskan dengan menunjukkan orang-orang di sekitar Anda dan apa yang mereka lakukan. Misalnya, dengan menunjuk   anak-anak berlari di taman untuk mengatakan bahwa tidak apa-apa untuk berlari ke sana. Begitu juga, menunjukkan bagaimana orang tidak berlari di jalanan.
  • Jelaskan apa yang Anda harapkan. Katakan “ingat, kau harus selalu memegang tangan Mama (atau Papa) saat kita di luar rumah”

Menarik rambut anak lain

Balita mungkin cenderung menjerit, menendang dan menarik rambut orang lain untuk merasa lebih baik atau memperbaiki keadaan. Satu-satunya cara untuk membuat mereka menghentikan perilaku seperti itu adalah membuat mereka mengerti bahwa hal-hal tersebut tidak akan membuat mereka merasa lebih baik dan tidak akan memperbaiki keadaan apapun.

  • Cegah anak Anda saat dia menarik rambutnya atau orang lain untuk menunjukkan bahwa dia seharusnya tidak melakukannya.
  • Bicarakan dan coba jelaskan bahwa menarik rambut orang lain adalah sesuatu yang buruk.
  • Jangan menarik kembali rambut anak Anda untuk menunjukkan bagaimana rasanya. Mereka mungkin melihatnya sebagai permainan dan melakukannya lagi.

Melempar barang-barang

Anak-anak berusia antara 18 bulan dan tiga tahun adalah mereka yang biasanya membuang atau melempar barang untuk menunjukkan rasa frustrasinya. Mereka cenderung membuang makanan, mainan, atau apapun yang bisa mereka dapatkan hanya karena ingin tahu atau frustrasi.

  • Untuk menghindari kerusakan barang berharga, tunjukkan apa yang bisa dilemparkan anak Anda. Seperti bola, mainan goyang atau yang berbulu yang tidak rusak.
  • Cegah mereka dari melempar barang saat mereka marah atau agresif. Cobalah untuk mengabaikan saat mereka melempar barang karena marah. Jika mereka bertahan atau terus melempar hal-hal yang bisa menyakiti anak-anak lain, hentikan segera dan katakan “Tidak! Itu buruk “atau” Tidak, itu menyakitkan!”. Katakan itu dengan suara tenang.
  • Temukan cara untuk mencegah mereka melempar barang. Misalnya, di mobil, Anda bisa mengikat mainan itu ke tempat duduknya. Dengan cara itu dia tidak akan bisa membuangnya.

Lalu bagaimana mengatasinya?

“Mengapa anak-anak bisa menjadi begitu menyebalkan?”

Anda bukanlah satu-satunya orang yang pernah menanyakan hal tersebut. Anak nakal bisa membuat orang tua (atau pembina, atau orang dewasa lainnya) stres. Kami telah mengumpulkan beberapa tip dan trik yang dapat membantu Anda menangani perilaku buruk atau mengganggu pada anak-anak.

  • Jangan bereaksi berlebihan. Bila Anda bereaksi atau merespons perilaku buruk anak Anda, Anda  justru mendorongnya untuk terus melakukan perilaku buruknya.
  • Tetap positif. Bila Anda menganggap anak Anda sebagai masalah, Anda tidak dapat menemukan cara yang efektif untuk mengatasi tingkah lakunya. Fokuslah pada meluruskan perilaku mereka.
  • Konsisten dalam reaksi atau respons terhadap perilaku anak Anda. Yang lebih penting, konsisten dalam konsekuensinya saat di rumah. Beri tanggapan yang sama terhadap perilaku mereka, dan akhirnya, mereka akan memahaminya.
  • Terkadang, boleh saja mengubah peraturan, mengubah kebiasaan lama yang mungkin sudah lepas kendali. Misalnya, mengurangi waktu TV, waktu bermain video atau aktivitas lainnya disarankan demi kebaikan anak.
  • Jadilah panutan. Ubah dulu perilaku buruk Anda sebelum mengubah perilaku anak-anak Anda. Anak-anak dari segala usia belajar dengan mengamati dan meniru Anda karena mereka berasumsi bahwa orang tua mereka tahu yang terbaik.
  • Disiplin perlu dilakukan, namun harus secara efektif. Anda perlu memikirkan dengan baik sebelum menentukan akibat dari perilaku buruk anak-anak Anda.
  • Bersantai. Jangan terlalu khawatir tentang teriakan, argumentasi, dan pembangkangan yang biasa.
  • Gunakan grafik perilaku atau grafik hadiah untuk membuat anak Anda senang membiasakan diri dengan perilaku baik. Anda dapat membuat satu grafik untuk perilaku tertentu atau beberapa perilaku. Anda juga bisa memiliki bagan tata krama yang bagus yang memiliki rincian seperti “Katakan terimakasih atau tolong”, “membantu ibu mengerjakan tugas”, “menunggu giliran saya untuk berbicara” dll.

Perilaku anak yang abnormal

Anak-anak adalah “mahluk yang imut”. Bahkan ketika mereka marah, orang dewasa akan tetap menyebutnya imut. Beberapa kemarahan, kenakalan, tantrum, berdebat dengan orang dewasa, membangkang bukanlah perilaku abnormal dari seorang anak, namun ketika hal tersebut sudah menjadi kebiasaan dan terjadi berulang, orang tua perlu waspada… Mungkin anak Anda membutuhkan penanganan khusus.

Guru dan guru sekolah minggu sangat dibutuhkan masukannya ketika menjumpai anak-anak di kelas yang konsisten dalam perilaku abnormal. Semuanya dengan tujuan agar kita bisa membesarkan generasi masa depan yang takut akan Tuhan.

Beberapa gejala perilaku abnormal yang mungkin dialami anak-anak adalah:

  • Anak-anak yang mengalami kesulitan mengelola emosinya. Dia sering mengalami ledakan emosi dari hal-hal kecil mengganggunya.
  • Menunjukkan perilaku impulsif, yaitu mereka mungkin menampilkan perilaku destruktif seperti memukul, melempar benda, menjerit, dll.
  • Anak-anak yang banyak bicara tiba-tiba seperti menarik diri ke dalam cangkang, lalu berbicara kembali dan bersikap kasar tanpa alasan.
  • Anak-anak yang sering berbohong. Terbiasa untuk mencuri atau mengambil barang yang bukan milik mereka.
  • Bolos atau sengaja terlambat datang ke sekolah karena memiliki masalah di kelas.
  • Tidak normal bagi seorang anak (biasanya perempuan) jika pertengkaran atau konflik yang dialami dengan temannya menjadi alasan untuk menarik diri dan mempengaruhi kehidupan sosialnya.
  • Tidak dapat fokus pada satu hal, menjadi gelisah, sangat malas atau bingung.
  • Memiliki perilaku seksual yang tidak sesuai usia.
  • Anak Anda mengabaikan instruksi Anda dan tidak peduli pada disiplin yang Anda terapkan. Dia mungkin menentang peraturan hanya untuk menantang Anda.
  • Memiliki perilaku menyakiti diri mereka sendiri atau bahkan berpikir untuk menyakiti diri sendiri. Jadi, jika mereka melukai diri sendiri secara fisik dan memiliki kecenderungan bunuh diri, Anda harus khawatir.

Perilaku abnormal minor dapat dikoreksi melalui terapi perilaku dan perubahan gaya asuh. Namun ada kelainan perilaku  pada anak yang perlu ditangani dengan usaha yang lebih besar. Di bawah ini adalah beberapa perilaku anak dan bagaimana menanganinya:

Anak yang tidak hormat dan suka membantah

Ketika anak Anda yang berusia tiga tahun membantah Anda, hal itu mungkin tampak lucu dan menggemaskan. Tapi ketika anak perempuan berusia tujuh tahun berteriak ‘tidak’ setiap kali Anda menyuruhnya melakukan sesuatu, itu bisa mengganggu Anda. Jika tidak ditangani dengan baik, perilaku suka membantah bisa menimbulkan argumentasi berkepanjangan antara orang tua dan anak.

Apa yang bisa Anda lakukan?

  • Jika anak Anda membantah tapi melakukan apa yang Anda perintahkan, hargai bahwa mereka melakukan apa yang Anda minta, walau mereka tidak menginginkannya. Namun kemudian Anda perlu bicara padanya. Katakan bahwa marah itu tidak apa-apa, tapi tidak boleh berbicara dengan tidak hormat pada orang tua atau otoritas.
  • Jika anak Anda membantah dan isi dari bantahan tersebut bersifat ancaman untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri, maka Anda perlu memperhatikan apa yang mereka katakan dan menanganinya dengan hati-hati. Jangan menanggapinya secara impulsif.
  • Tunggu mereka tenang, lalu ulangi apa yang mereka tadi katakan. Katakan pada mereka perilaku mana saya yang dapat diterima dan mana yang tidak. Tetapkan batasan dan buat mereka sadar akan konsekunsinya.
  • Jangan melakukannya dengan ancaman, cukup beritahu bahwa jika mereka terus membantah, mereka tidak akan emndapat es krim, atau tidak dapat menonton TV.

Akhirnya, Anda perlu melakukan introspeksi, apakah Anda juga suka mengancam dan berkata-kata kasar atau tidak sopan saat berada di dekat anak Anda.

Bahasa Kasar

Anak-anak seringkali berteriak ketika mereka marah. Namun Anda benar-benar harus menaruh perhatian ketika anak Anda memaki. Mereka mungkin memaki agar Anda melakukan apa yang mereka inginkan atau agar mereka memenangkan sebuah pertengkaran. Jika anak Anda mulai memaki atau mengeluarkan bahasa kasar, ini yang harus Anda lakukan:

  • Pastikan Anda tidak menggunakan bahasa seperti itu di depan anak-anak. Jika memang Anda pernah melakukannya, akui bahwa Anda pun melakukan kesalahan dan Anda akan bersama-sama belajar untuk tidak mengucapkan makian atau kata kasar lagi.
  • Tidak ada toleransi terhadap pelecehan verbal dalam sebuah keluarga. Tidak ada alasan untuk menyumpahi atau mengutuki orang lain. Jadi jika mereka melakukannya, ada konsekuensinya.
  • Jelaskan konsekuensinya dan pastikan mereka menanggungnya di bawah pengawasan ketika melanggar batasan. Misal, ketika anak Anda berkata kasar, dia harus diam di kamar selama dua jam misalkan, pastikan yang bersangkutan tidak dapat melarikan diri dari konsekuensi itu.
  • Jika balita Anda yang melakukannya, segera koreksi dan katakan bahwa itu adalah “kata yang buruk” dan tidak sepantasnya diucapkan kepada orang lain. Katakan pada mereka jika orang lain tidak menyukai kata itu dan tidak menyukai anak-anak yang mengucapkan kata seperti itu.

Jika Anda pernah memaki anak Anda dengan bahasa kasar atau menyumpahi mereka, segeralah minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

Perilaku agresif dan suka kekerasan

Anak-anak boleh marah, tapi jika kemarahan itu menjadi kekerasan atau berubah menjadi perilaku agresif, itu menjadi masalah. Gangguan mood, psikosis, kelainan, trauma, impulsif atau frustrasi dapat menyebabkan agresi pada anak kecil. Kadang, anak Anda mungkin menggunakan kekerasan untuk membela diri.

Agresi / kekerasan juga bisa menjadi perilaku yang dipelajari oleh anak. Bagaimana lingkungan di rumah? Atau apakah anak itu belajar melakukan kekerasan di sekolah? Jika anak Anda cenderung bereaksi terhadap respons negatif dengan memukul, menggigit atau menendang, inilah yang harus Anda lakukan:

  • Cara termudah untuk merespons agresi pada anak adalah dengan berteriak pada mereka. Tapi jika Anda melakukannya, Anda akhirnya mengajari mereka hal yang salah. Anak-anak mencontoh perilaku Anda, bagaimana Anda mengendalikan dorongan dan emosi. Jadi, daripada meninggikan suara Anda, turunkan nada dan katakan pada mereka untuk tenang.
  • Akui perasaan mereka, kemudian berempatilah, tapi jelaskan bahwa memukul atau menendang atau menggigit tidak diperbolehkan. Anda bisa mengatakan sesuatu seperti “Saya tahu kamu sedang marah. Tapi kita tidak menggigit, memukul atau menendang saat kita marah. Kita tidak boleh memukul saat kita marah!”
  • Katakan pada mereka apa konsekuensinya jika mereka bersikap kasar. Jika Anda berurusan dengan anak yang lebih muda, beritahu mereka apa yang bisa mereka lakukan sebagai gantinya. Beri mereka alternatif, misalnya, ajarkan mereka untuk menggunakan kata-kata dan ungkapan seperti “Saya marah,” atau “Saya tidak menyukainya,” atau “Saya tidak senang dengan itu” saat mereka marah, alih-alih beralih ke kekerasan fisik.

Yang terpenting, jadilah panutan yang baik dan hindari memberikan hukuman fisik. Juga, berikan penghargaan ketika mereka berhasil tidak melakukan kekerasan saat sedang marah.

Berbohong

Adalah hal yang biasa ketika anak-anak berbohong. Hal yang biasa juga ketika orang tua menjadi khawatir saat mendapati anak mereka berbohong. Anda mungkin merasa dikhianati, terluka dan bahkan bertanya-tanya apakah Anda bisa mempercayai anak itu lagi. Tapi inilah yang harus Anda lakukan untuk mencegah anak Anda berbohong.

  • Jangan masukkan ke hati. Pikirkanlah dari sudut pandang anak Anda untuk memahami apa yang memaksa dia untuk berbohong.
  • Anak-anak mungkin berbohong ketika mereka takut bahwa kebenaran mungkin memiliki konsekuensi negatif.
  • Lebih baik memberi penghargaan positif ketika anak Anda berani jujur daripada menghukum perilaku negatif mereka.
  • Ajari mereka untuk jujur. Mulailah dengan menjadi panutan.
  • Tetapkan sebuah konsekuensi untuk berbohong. Tidak ada diskusi lagi ketika anak Anda kedapatan berbohong. Anak Anda berbohong, dia harus bisa mengatasi konsekuensinya

Bullying (Intimidasi)

Bullying adalah masalah serius dan bisa mengakibatkan pelecehan emosional dan fisik pada korban. Anak cenderung mengintimidasi orang lain agar merasa memiliki kekuasaan. Selain itu, mengintimidasi orang lain terkadang bisa mengatasi masalah sosial dengan mudah. Ketika seorang anak mengalami kesulitan mengendalikan emosi / perasaan, mereka cenderung melihat bahwa bully adalah jalan keluarnya. Jika Anda mendapati bahwa anak Anda telah melakukan intimidasi terhadap orang lain, Anda harus segera bertindak:

  • Mulailah mengajari anak-anak Anda sejak usia dini bahwa intimidasi itu salah. Yang lebih penting, jelaskan kepada mereka apa atau siapa ntimidasi itu dan berikan contoh tentang apa yang dilakukan orang yang suka mengganggu / melakukan intimidasi. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Pengganggu adalah seseorang yang kejam pada orang lain atau suka merebut milik orang lain secara paksa.”
  • Tetapkan aturan dan standar di rumah sejak dini. Buat pernyataan seperti “Tidak ada intimidasi di rumah ini” atau “Kamu pasti dihukum jika memiliki perilaku seperti itu di rumah ini”.
  • Hati-hati dengan tanda-tanda intimidasi: lihat apakah anak-anak Anda yang lebih tua mencoba untuk mengintimidasi anak yang lebih muda, dan segera perbaiki perilaku tersebut.

Manipulasi

Manipulasi itu rumit dan perilaku yang sangat melelahkan untuk ditangani. Anak cenderung berpura-pura, berbohong, atau menangis untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Jika Anda menyerah pada perilaku buruk anak-anak, anak Anda merasa dirinya benar. Misalnya, jika anak Anda mengamuk di depan umum untuk membeli permen dan Anda membelinya, dia baru saja memanipulasi Anda.

Dengan kata-kata sederhana, ketika anak Anda memanipulasi Anda, dia memiliki kekuasaan atas Anda. Sebagai orang dewasa, Anda selalu bisa mengubah perilaku ini dan tidak kalah pada perilaku manipulatif anak Anda.

  • Tunggu anak Anda untuk melawan setiap kali Anda mengatakan ‘tidak’. Dengan begitu, Anda bisa memikirkan bagaimana menangani perilaku mereka dan tidak jatuh karena manipulasi.
  • Jelaskan bahwa ketika Anda mengatakan ‘tidak’, itu berarti tidak. Anda bisa memberi mereka penjelasan singkat tentang posisi Anda, bahwa Anda orang tua yang memiliki otoritas atas mereka.
  • Hindari diskusi, tapi jangan menutup kemungkinan adanya diskusi. Cobalah untuk mendengarkan argumen mereka selama anak tersebut bersikap hormat dan tidak kasar.

Kurang motivasi dan malas

Anak Anda sepertinya tidak tertarik untuk melakukan apapun sama sekali. Baik itu tugas sekolah, latihan seni atau musik atau bahkan bermain, dia menolak untuk berpartisipasi. Memotivasi anak memang tidak mudah, terutama jika mereka malas dan cenderung mencari alasan untuk tidak melakukan apapun. Bila putra atau putri Anda tidak termotivasi, berikut adalah cara membantu mereka.

  • Jangan terlalu cemas dengan tingkah laku anak anda. Bila Anda melakukannya, Anda mungkin terlihat ambisius, dan itu bisa mendorong mereka untuk semakin menolak Anda.
  • Anda dapat menceritakan kisah-kisah tentang masa kecil Anda dan berbagi pengalaman Anda untuk menginspirasi dan mendorong mereka untuk mencoba sesuatu yang baru.
  • Jangan memaksa anak Anda untuk memiliki hobi tertentu. Beri mereka pilihan dan biarkan mereka memilih. Anak-anak lebih tertarik pada sesuatu yang mereka pilih.
  • Ambil langkah mundur dan periksa: apakah Anda memaksa anak Anda untuk melakukan sesuatu? Tanyakan apa yang anak Anda inginkan dan apa yang memotivasi dia? Lihatlah anak Anda sebagai sebuah individu untuk mengidentifikasi apa yang memotivasi mereka.
  • Cobalah untuk menemukan cara agar anak-anak Anda termotivasi dengan sendirinya. Motivasi diri lebih kuat daripada didorong oleh orang lain.

Masalah perilaku di sekolah

“Saya benci sekolah!” Apakah itu sesuatu yang dikatakan anak Anda yang berusia 5 tahun setiap pagi? Anak-anak sering menyulitkan orang tua dengan menolak pergi ke sekolah atau menyelesaikan pekerjaan rumah tepat pada waktunya. Anak-anak dapat menolak bersekolah karena berbagai alasan: intimidasi, masalah akademis, penolakan terhadap otoritas dan peraturan, atau kecemasan akan terpisah dari orang tua.

  • Mulailah dengan menemukan akar masalahnya. Cari tahu mengapa anak Anda membenci sekolah atau menolak mengerjakan pekerjaan rumahnya. Anda mungkin ingin membantunya mengerjakan pekerjaan rumahnya jika dia bermasalah dengan hal itu.
  • Anak Anda mungkin perlu waktu untuk menyesuaikan diri secara akademis dan beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Pahami bahwa perubahan itu tidak akan terjadi dalam semalam.
  • Tawarkan hadiah, bukan sogokan, untuk mendorong perilaku positif. Misalnya, Anda bisa mengatakan, “Kamu mendapat es krim malam ini karena telah mengerjakan PR tanpa disuruh”. Hadiah diberikan sesudah mereka melakukan sesuatu, sementara sogokan sebelumnya.

Beberapa masalah perilaku tidaklah mudah untuk ditangani. Anda harus mencari bantuan profesional dalam kasus yang rumit.

Kapan harus mendapatkan bantuan

Jika kelakuan abnormal menjadi sesuatu yang tidak terkendali di rumah, atau jika anak Anda melakukan kesalahan berulang kali, mungkin saatnya Anda harus menemui profesional. Mungkin ada alasan lain di balik perilaku abnormal seorang anak.

Profesional akan melihat kesehatan fisik dan mental anak sebelum merekomendasikan pengobatan, terapi khusus atau konseling.

 

Mengenal Masalah Perilaku Anak: Conduct Disorder (CD)

“Conduct Disorder” (Gangguan Perilaku) mengacu pada sekelompok masalah perilaku dan emosional pada anak-anak dan remaja. Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini memiliki kesulitan besar mengikuti peraturan dan berperilaku dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Mereka sering dilihat oleh anak-anak lain, orang dewasa dan agen sosial sebagai “buruk” atau nakal, daripada memiliki penyakit mental.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami gangguan perilaku, termasuk kerusakan otak, pelecehan anak atau kelalaian, faktor genetik, kegagalan sekolah, kemiskinan dan pengalaman hidup traumatis.

 

Anak-anak atau remaja dengan gangguan perilaku dapat menunjukkan beberapa perilaku berikut:

Melakukan penyerangan terhadap manusia dan hewan

  • mengganggu, mengancam atau mengintimidasi orang lain
  • sering melakukan perkelahian fisik
  • menggunakan senjata yang dapat menyebabkan cedera fisik yang serius pada orang lain (misalnya tongkat pemukul, batu, botol pecah, pisau atau pistol)
  • secara fisik kejam terhadap orang atau binatang
  • mencuri dari korban saat melakukan penyerangan
  • memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual

Penghancuran Properti

  • sengaja terlibat dalam kebakaran dengan maksud untuk menyebabkan kerusakan
  • sengaja menghancurkan milik orang lain

Melakukan kecurangan, berbohong, atau mencuri

  • menghancurkan bangunan, rumah, atau mobil orang lain
  • melakukan kebohongan untuk mendapatkan barang, atau kesenangan atau untuk menghindari kewajiban
  • mencuri barang tanpa menghadapi korban (misalnya mengutil, tapi tanpa melanggar dan masuk)

Melakukan pelanggaran berat terhadap aturan yang ada

  • sering menginap di malam hari meski tidak mendapat ijin orang tua
  • lari dari rumah
  • sering membolos dari sekolah

Anak-anak yang menunjukkan perilaku ini harus mendapat penanganan secara komprehensif oleh seorang profesional yang berpengalaman dalam menangani kesehatan mental. Banyak anak dengan conduct disorder mungkin memiliki gangguan perilaku lain seperti gangguan mood, kecemasan, PTSD, penyalahgunaan zat, ADHD, masalah belajar, atau gangguan pemikiran yang juga bisa diobati. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dengan conduct disorder cenderung mengalami masalah jika mereka dan keluarga mereka tidak menerima perawatan dini dan komprehensif. Tanpa perawatan, banyak anak muda dengan conduct disorder tidak dapat beradaptasi dengan tuntutan masa dewasa dan terus memiliki masalah dengan hubungan dan pekerjaan. Mereka sering melanggar hukum atau berperilaku  antisosial.

Pengobatan anak dengan conduct disorder bisa menjadi sulit, rumit dan menantang. Pengobatan dapat diberikan dalam berbagai cara bervariasi tergantung pada tingkat keparahan perilaku. Sikap tidak bersahabat, tidak mempercayai orang dewasa, dan ketakutan anak-anak semakin menambah kesulitan dari penanganan masalah ini. Dalam mengembangkan rencana penanganan yang komprehensif, seorang psikiater anak dan remaja dapat menggunakan informasi dari anak, keluarga, guru, masyarakat (termasuk sistem hukum) dan spesialisasi medis lainnya untuk memahami penyebab gangguan tersebut.

Terapi perilaku dan psikoterapi biasanya diperlukan untuk membantu anak mengekspresikan dan mengendalikan kemarahan secara tepat. Pendidikan khusus mungkin dibutuhkan bagi anak-anak dengan ketidakmampuan belajar. Orangtua sering membutuhkan bantuan ahli dalam merancang dan melaksanakan program pengelolaan dan pendidikan khusus di rumah dan di sekolah. Program perawatan berbasis rumah seperti Terapi Multisistemik efektif untuk membantu anak dan keluarga. Pengobatan juga dapat mencakup pengobatan pada beberapa anak muda, seperti orang-orang dengan kesulitan memperhatikan, masalah impuls, atau mereka yang mengalami depresi.

Pengobatannya membutuhkan waktu yang cukup lama karena menetapkan sikap dan pola perilaku yang baru membutuhkan waktu. Namun, perawatan dini memberi anak kesempatan yang lebih baik untuk perbaikan yang cukup dan harapan akan masa depan yang lebih sukses.

Mengenal masalah perilaku anak: ADHD

Sebenarnya, anak dengan ADHD menunjukkan tanda-tanda gangguan tersebut sebelum mereka mencapai usia sekolah. Tapi biasanya baru ketahuan ketika mereka sudah di sekolah, ketika mereka mengalami kesulitan memenuhi harapan untuk anak-anak di kelas mereka, sebagian besar dirujuk untuk diagnosis.

ADHD adalah salah satu hal pertama yang dicurigai ketika perilaku anak di kelas, atau kinerja di sekolah, bermasalah. Tidak bisa duduk diam, mengungkapkan jawaban di kelas tanpa mengangkat tangan,  tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, tampak sedang melamun saat diberi instruksi oleh guru – adalah gejala ADHD yang terkenal.

Tapi ini bisa juga perilaku yang disebabkan oleh faktor lain, mulai dari kecemasan,  trauma, atau menjadi anak dengan usia termuda dari kebanyakan anak di kelas, dan karenanya sedikit kurang matang.

Itulah mengapa penting bagi guru dan orang tua untuk mengetahui seperti apa ADHD di kelas, dan bagaimana hal tersebut bisa membingungkan dengan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku anak. Saat anak-anak dalam usia masih sangat muda, kita perlu mengamati mereka dengan sangat hati-hati untuk bisa mengartikulasikan perasaan mereka. Kemudian mengirimkan anak-anak bermasalah untuk segera didiagnosis dan mendapat dukungan yang tepat akan sangat membantu mereka untuk dapat sukses di sekolah dan juga aspek lain dalam kehidupan mereka.

Gejala ADHD

Ada tiga jenis perilaku yang terlibat dalam ADHD: kurangnya perhatian, hiperaktif dan impulsif. Tentu saja hampir semua anak kecil kadang-kadang mengalami kesulitan memperhatikan guru dan orang tua, tetap duduk di kursi mereka, dan menunggu giliran mereka. Anak-anak hanya boleh didiagnosis menderita ADHD jika perilaku mereka jauh lebih ekstrem di area ini daripada anak-anak seusia mereka.

Gejala ADHD ini terbagi menjadi dua kelompok-sulit memperhatikan / kurang perhatian (inattentive) dan hiperaktif-impulsif. Beberapa anak menunjukkan perilaku yang kurang perhatian dan yang lainnya sangat hiperaktif-impulsif. Tapi mayoritas dari mereka yang memiliki ADHD memiliki kombinasi keduanya, yang mungkin akan sangat sulit bagi mereka untuk mengikuti kegiatan di sekolah.

Inilah perilaku yang mungkin Anda amati di sekolah dalam dua kategori tersebut.

Gejala kurang perhatian ADHD:

  • Membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah, mengabaikan detailnya
  • Mudah terganggu atau teralihkan
  • Memiliki kesulitan mengikuti instruksi
  • Sepertinya tidak mendengarkan saat diajak bicara secara langsung
  • Mengalami kesulitan mengatur tugas dan harta benda
  • Seringkali gagal menyelesaikan pekerjaan di sekolah atau pekerjaan di kelas
  • Seringkali menghindari atau menolak tugas yang membutuhkan usaha mental berkelanjutan, termasuk mengerjakan pekerjaan rumah
  • Seringkali kehilangan pekerjaan rumah, buku, jaket, ransel, peralatan olah raga

Gejala hiperaktif atau impulsif ADHD:

  • Seringkali gelisah atau ngengat
  • Sulit tinggal di tempat duduknya
  • Berjalan dan naik di tempat yang tidak sesuai
  • Sulit bermain dengan tenang?
  • Sangat tidak sabar, tidak bisa menunggu gilirannya
  • Sepertinya selalu “on the go” atau “digerakkan oleh motor”
  • Terlalu banyak bicara
  • Blurts keluar jawaban sebelum pertanyaan selesai
  • Menginterupsi atau mengganggu percakapan orang lain, aktivitas, harta benda

Kerusakan serius

Penting untuk diingat bahwa tidak setiap anak berenergi tinggi atau impulsif memiliki ADHD. Anak-anak didiagnosis dengan ADHD hanya jika mereka menunjukkan gejala ini begitu sering sehingga menyebabkan kesulitan nyata dalam setidaknya dua pengaturan – yaitu. di sekolah dan di rumah, dan pola yang menyebabkan mereka mengalami gangguan serius harus terlihat setidaknya selama 6 bulan.

Mssalah usia

Usia juga merupakan faktor penting yang menentukan. Ketika mempertimbangkan perilaku anak, kita harus membandingkannya dengan anak-anak lain seusianya-bukannya pada anak-anak lain di kelas. Dalam kelas tertentu, usia anak-anak bisa berbeda hampir setahun, dan setahun bisa membuat perbedaan besar pada kemampuan seorang anak untuk mengatur diri sendiri.

Dua penelitian dalam beberapa tahun terakhir menyimpulkan bahwa anak-anak yang termuda di kelas mereka didiagnosis secara tidak proporsional dengan ADHD. Sebuah penelitian di Michigan menemukan bahwa anak-anak TK yang termuda di kelas mereka 60% lebih mungkin didiagnosis dengan ADHD daripada yang tertua di kelas mereka. Dan itu tidak hanya mempengaruhi taman kanak-kanak: sebuah penelitian di North Carolina menemukan bahwa pada kelas lima dan delapan, anak-anak termuda memiliki kemungkinan hampir dua kalinya diberikan resep obat untuk ADHD daripada yang tertua .

Penyebab lainnya

Ketika anak-anak menunjukkan perilaku yang kita asosiasikan dengan ADHD, penting untuk diingat bahwa hal itu dapat disebabkan oleh faktor mendasar lainnya. Seorang anak yang sulit memperhatikan bisa saja terganggu oleh sebuah kegelisahan kronis, dipicu oleh situasi yang mengkhawatirkan atau menyakitkan di rumah, atau karena dia diintimidasi di taman bermain. Ini semua adalah hal yang mungkin membuat anak merasa malu dan kemudian merahasiakannya.

Hal lain yang sering disembunyikan anak adalah gangguan belajar (learning disorder) yang tidak terdiagnosis. Jika seorang anak gelisah saat seharusnya membaca, mungkin disleksia menyebabkan frustrasinya yang besar. Dan jika dia tidak mau beranjak dari kursinya, itu bisa jadi karena dia malu karena sepertinya dia tidak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan anak-anak lain, dan berniat menutupi kenyataan itu.

Anak perempuan berbeda

Sterotip ADHD adalah anak laki-laki yang mengganggu kelas dengan melompat dari tempat duduk mereka, memasuki urusan anak-anak lain, atau mengucapkan jawaban tanpa mengangkat tangan mereka. Tapi anak perempuan juga mungkin memiliki ADHD, dan mereka cenderung lebih lambat terdiagnosa karena gejalanya lebih halus. Kebanyakan dari mereka hanya memiliki satu gejala sulit memperhatikan dari  ADHD, dan mereka dikenal dengan suka melamun atau suka berputar-putar. Jika mereka memiliki gejala hiperaktif-impulsif, mereka cenderung dianggap agresif, terlalu banyak bicara, atau overemotional. Anak perempuan yang impulsif mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri secara sosial dan berjuang untuk membuat dan berteman.

Tapi alasan besar mengapa banyak gadis tidak didiagnosis adalah mereka lebih membuka diri untuk mengimbangi kelemahan mereka dan menyembunyikan rasa malu mereka karena tertinggal, kehilangan sesuatu atau merasa tidak mengerti. Meningkatnya kesadaran, seiring bertambahnya usia, bahwa mereka harus bekerja lebih keras daripada teman sebaya mereka tanpa ADHD untuk mencapai hal yang sama, sangat merusak harga diri mereka. Gadis-gadis yang keras pada diri mereka sendiri akibat kekurangan mereka  mungkin sedang berjuang dengan pikiran bahwa mereka bodoh atau “rusak”.

Kesimpulan

Selalu memperhatikan perilaku anak-anak di kelas adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya karena hal itu mempengaruhi pembelajaran mereka – dan berpotensi tidak mengganggu anak-anak lain di kelas untuk belajar – tetapi juga karena ini adalah jendela perkembangan sosial dan emosional mereka. Ketika anak-anak gagal atau berjuang di sekolah untuk jangka waktu yang lama, atau bertindak karena frustrasi, tanpa mendapat pertolongan, hal itu dapat menyebabkan pola perilaku disfungsional yang semakin sulit dipecahkan.

Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk mendapatkan diagnosis yang baik dari seorang profesional kesehatan mental yang meluangkan waktu untuk secara hati-hati mempertimbangkan pola perilaku seorang anak dan apa yang mungkin (dan mungkin tidak) ditunjukkan. Tidak hanya peduli tapi tepat untuk mendefinisikan dan merawat masalah anak saat ia masih muda banyak waktu dalam jangka panjang.

 

Diterjemahkan dari: https://childmind.org/article/whats-adhd-and-whats-not-in-the-classroom

Mengajar di Era Digital

Mengajar di era digital tentu berbeda dengan mengajar pada era sebelumya. Kini teknologi memungkinkan siswa mendapatkan seluruh pengetahuan yang ada di dunia bahkan tanpa perlu pergi ke sekolah, hanya bertekad kemauan dan inisiatif dari siswa saja. Bahkan keahlian pun dapat dipelajari melalui internet. Buka saja youtube dan Anda bisa mempelajari banyak skill tanpa repot-repot harus les atau mendaftar kursus.

Teknologi seolah menjadi pesaing berat sekolah dalam banyak hal. Tidak percaya? Mari kita lihat beberapa keunggulan “teknologi” dibanding sekolah:

Metoda Pembelajaran Seragam vs Kustomisasi

Sekolah kebanyakan (terutama di Indonesia) menekankan pembelajaran seragam untuk seluruh siswanya. Seluruh siswa harus mengikuti pelajaran yang sama tanpa terkecuali. Suka tidak suka, seluruh siswa harus belajar mengenai seni, matematika, bahasa, fisika, biologi dan banyak lagi. Bukannya bertujuan meningkatkan kecerdasan, kini sekolah justru sibuk dengan mengejar target akademis.

Bandingkan dengan teknologi yang menyediakan banyak informasi dan mengakomodir keingintahuan siswa dengan lebih mendalam (bahkan lebih mendalam dari apa yang diajarkan di sekolah). Siswa yang tertarik dengan biologi misalnya, dapat dengan mudah mengunduh banyak sekali sumber dari berbagai negara untuk memperkaya pengetahuannya dan memuaskan ketertarikannya.

Guru sebagai Ahli vs Sumber Pengetahuan yang BERAGAM

Di sekolah, guru adalah sumber dari informasi yang bertugas meneruskan informasi yang dimilikinya kepada siswa. Mereka adalah pemilik otoritas yang (kebanyakan) tidak suka jika otoritasnya ditantang dengan banyak pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Tidak jarang kita melihat guru yang mencoret jawaban siswa yang sebenarnya benar, hanya karena tidak mengikuti cara yang diajarkan guru.

Bandingkan dengan apa yang dapat diperoleh melalui dunia maya. Ada banyak video dari para ahli yang dapat diunduh dengan mudah. Bahkan ada banyak jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan siswa yang mungkin tidak dapat dijawab oleh guru-guru di sekolah.

Mengerjakan dengan “kepala” vs menggunakan “alat bantu”

Ada suatu keyakinan dari guru-guru (dan orang tua) bahwa jika ingin menguasai sesuatu, maka siswa harus melakukannya sendiri tanpa alat bantu (misal kalkulator atau kamus). Lihat saja menjamurnya tempat-tempat les berhitung yang menuntut anak-anak dapat berhitung cepat di luar kepala.

Bedakan dengan apa yang sebenarnya terjadi di “dunia nyata” di mana kecerdasan seseorang tergantung dari kemampuannya menggunakan alat bantu untuk menyelesaikan pekerjaan yang dimilikinya.

Standar Penilaian vs Spesialisasi

Di sekolah, seluruh penilaian memiliki standarnya sendiri. Setiap siswa harus mengisi pilihan ganda, atau essay, atau apapun bentuk soal yang sama untuk seluruh siswa, di mana hasilnya merupakan nilai yang obyektif dan dinilai adil untuk seluruh siswa. Itulah sebabnya seluruh siswa perlu belajar hal yang sama. Sementara teknologi mendorong siswa untuk mencari tahu dan menguasai materi-materi yang hanya menjadi minatnya saja.

Penguasaan Materi vs Ledakan Pengetahuan

Di sekolah, siswa dituntut untuk menguasai pengetahuan yang ‘mungkin’ dibutuhkannya untuk kehidupan. Mereka dituntut untuk menghafal dan menguasai materi di luar kepala. Namun pengetahuan terus bertambah dan buku pelajaran akan makin tebal dan tebal seiring dengan pertambahan pengetahuan.

Dengan ledakan pengetahuan yang demikian pesat, manusia tidak mungkin mempelajari semua hal di sekolah yang akan berguna di kemudian hari. Siswa perlu belajar bagaimana caranya belajar sesuatu yang baru dan bagaimana menggali informasi dan sumber yang mereka perlukan.

 

Sekolah perlu menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi, namun yang perlu diingat adalah, transfer ilmu pengetahuan BUKANLAH tujuan utama PENDIDIKAN. Dalam era digital, di mana hubungan antar manusia merenggang dan life skill semakin menurun, tugas utama sekolah adalah MENCERDASKAN anak-anak agar mereka siap untuk menjadi MANUSIA SEUTUHnya.

Masalah kecerdasan sudah sering dibahas oleh banyak sumber. Anda pasti pernah mendengar mengenai kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence). Seringkali pembahasan mengenai kecerdasan majemuk hanyalah seputar “anak-anak kita memiliki kecerdasan berbeda, jangan hanya menilai mereka dari nilai matematikanya saja”.

Sebenarnya BUKAN ITU inti dari KECERDASAN MAJEMUK. Kecerdasan majemuk adalah jenis-jenis kecerdasan yang HARUS dimiliki setiap orang untuk dapat bertahan hidup. Sebenarnya kecerdasan majemuk ini sudah ada dalam materi-materi pelajaran di sekolah, sayangnya, hanya berupa tuntutan akademis yang seringkali kehilangan maknanya.

Sebenarnya kecerdasan majemuk perlu dilatih agar siswa dapat:

  1. Kecerdasan logika agar siswa dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan dengan sistematis dan logis.
  2. Kecerdasan bahasa agar siswa dapat berkomunikasi dengan benar, dengan bahasa yang sopan dan pantas.
  3. Kecerdasan visual agar siswa dapat lebih peduli dan memperhatikan lingkungan sekitarnya.
  4. Kecerdasan musik agar siswa dapat lebih peka dengan ‘suara-suara alam’ dan ‘ritmik kehidupan’
  5. Kecerdasan olah tubuh agar siswa dapat menjaga keseimbangan, kesehatan dan kebugaran tubuhnya.
  6. Kecerdasan natural agar siswa dapat bertanggungjawab dan menjaga kelestarian lingkungan hidup.
  7. Kecedasan Interpersonal agar siswa dapat menguasai diri, berdamai dengan dirinya dan menerima dirinya apa adanya.
  8. Kecerdasan Intrapersonal agar siswa dapat menjalin hubungan / relasi yang sehat dengan setiap orang yang ada di sekitarnya.
  9. Kecerdasan eksistensial agar siswa dapat menyadari keberadaan dirinya merupakan anugerah dari Sang Pencipta dan mensyukuri setiap hal yang dia miliki dalam hidup

Bukankah semua hal itu penting dalam kehidupan? Bukankah itu seharusnya tujuan dari “pergi ke sekolah setiap hari”, agar anak-anak siap menghadapi “dunia luar”?

Sekolah bukanlah sekedar tempat untuk transfer ilmu! Jika memang begitu, maka sekolah sudah KALAH TELAK dari teknologi di era digital ini. Sekolah adalah tempat di mana siswa belajar menjadi cerdas dalam arti siap menjadi MANUSIA yang SEUTUHnya.

Mendidik bukanlah sekedar melakukan transfer ilmu! Jika memang begitu, maka guru sudah KALAH TELAK dengan teknologi di era digital ini. Pendidik adalah mereka dengan perencanaan matang yang menerapkan teori prinsip mengajar dan teori perkembangan anak untuk menyampaikan materi ajar dan menguasai kelas yang bertujuan mengubah PERILAKU anak didik secara positif (Levin dan Nolan).

Ini adalah era digital! Sekolah adalah tempat kedua di mana anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Jika sekolah tidak menggunakan waktu yang banyak itu untuk “mengubahkan perilaku” (dengan kata lain membina karakter) anak, maka sekolah akan menjadi suatu tempat yang tidak berguna.

 

Nantikan tulisan berikutnya: Mengajar Sekolah Minggu di Era Digital

Pahlawan yang Lelah

image

“Anak-anak sekarang tidak seperti anak-anak jaman dulu” merupakan kalimat yang sering kita dengar dari mulut guru-guru Sekolah Minggu.

“Mereka sekarang sulit disuruh bernyanyi, sulit duduk diam, selalu memainkan gadget, terlalu kritis, selalu protes”

Benar! Lingkungan sedikit banyak memang berpengaruh pada diri anak-anak (bahkan tidak hanya anak, orang dewasa pun terpengaruh). Tapi sebenarnya, anak-anak tetap sama. Mereka memiliki potensi diajar yang luar biasa, mereka mudah menyerap apapun, mereka suka gambar, bermain, menggerakkan tubuh, dan mereka memiliki potensi belajar tentang Tuhan.

Sebenarnya yang berubah adalah kita, guru-guru Sekolah Minggu yang sudah mengajar bertahun-tahun. Kebanyakan dari kita menjadi letih, lelah, jenuh dengan rutinitas mingguan kita. Kita mulai mengurangi porsi demi porsi yang seharusnya kita berikan pada anak-anak.

Kelas persiapan menjadi terlalu melelahkan bagi kesibukan kita. Kita berdalih “daripada susah-susah bertemu untuk kelas persiapan, sebaiknya membuat group di whatsapp”.

Training Guru Sekolah Minggu dinilai terlalu merepotkan. Kita berdalih “daripada susah-susah membuat jadwal training, sebaiknya mereka yang baru belajar dari kita yang lama (yang sebenarnya sudah kelelahan mengajar)”

Alat peraga dinilai terlalu menyulitkan untuk dibuat. Kita berdalih “untuk apa ada teknologi multimedia yang memudahkan kita. Lagipula anak-anak suka menonton”

Kreativitas menjadi sebuah kata yang sulit dideskripsikan setelah banyak sumber tersedia di youtube dan dunia maya. Alih-alih mencari alat peraga yang sesuai dengan bahan ajar, kita membuat bahan ajar yang sesuai dengan alat peraga yang (kebetulan) kita temukan di jejaring sosial.

image

Guru pendatang di dunia Sekolah Minggu bingung dengan “bagaimana yang seharusnya”. Mereka berpikir begitulah yang biasa dilakukan. Tanpa kita sadari kualitas guru semakin lama semakin menurun.

Belum lagi hambatan yang ada baik dari dalam maupun luar organisasi gereja. Kurangnya pemain musik, ruang Sekolah Minggu yang tidak memadai, kurangnya guru Sekolah Minggu, kurangnya budget untuk Sekolah Minggu, gadget yang selalu dipegang anak, orang tua yang sulit kooperatif merupakan contoh dari masalah yang dihadapi Guru Sekolah Minggu.

Guru Sekolah Minggu yang dikasihi Tuhan, dunia ini membuat kita lelah. Mengajar bertahun-tahun membuat kita jenuh. Keterbatasan membuat kita putus asa. Hambatan membuat kita apatis.

Saudara, jerih lelah Anda tidak sia-sia! Untuk setiap keringat yang Anda keluarkan, Tuhan memperhitungkannya. Untuk setiap air mata yang mengalir, Tuhan menampungnya. Untuk setiap hati yang terluka, Tuhan memiliki obatnya.

Namun kita tidak bisa melayani anak-anak dengan kelelahan, kejenuhan dan hati yang patah. Tuhan Yesus berkata “barangsiapa menyambut seorang anak di dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Matius 18:5).

Ya, saat kita menyambut anak, kita menyambut Yesus. Bagaimana Saudara ingin menyambut Yesus?

image

Alkitab mengajarkan kita cara mengatasi kelelahan:
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”

Saudara mungkin berkata “Ya, kami tahu… tapi apa yang harus kami lakukan agar kami tidak lelah dan jenuh?”

Tulisan-tulisan berikutnya akan berisi tips-tips dan informasi yang akan memperlengkapi Saudara dalam melayani. Namun dalam tulisan ini, ada empat hal dasar yang dapat mengatasi kelelahan Saudara:

1. Andalkan Tuhan, nantikanlah Dia. Saudara akan kehabisan tenaga ketika mengandalkan kekuatan sendiri. Sebaliknya, Saudara akan mendapat kekuatan baru ketika Saudara mengandalkan kekuatan Tuhan.

2. Ingat bahwa anak-anak ini adalah milik pusaka Tuhan (Mazmur 127:3) dan saat Saudara menyambut mereka, Saudara sedang menyambut Tuhan.

3. Sadari tujuan pelayanan Saudara. Saudara sedang investasi dalam hidup setiap anak. Saudara kemungkinan besar mempengaruhi masa depan mereka. Jika tanggungjawab itu Tuhan berikan ke tangan Saudara, apa yang akan Saudara lakukan?

4. Perlengkapi diri untuk melayani dengan EFEKTIF! Saat kita melayani dengan tepat sasaran, rasa lelah kita akan berganti sukacita. Namun, hati saja tidak cukup untuk dapat melayani dengan efektif, Saudara harus memiliki hati yang mau BELAJAR.

Dari tulisan sebelumnya kita sudah belajar mengenai bagaimana menjadi Guru Sekolah Minggu (mulai dari basic, luar biasa, hingga berhasil). Kita juga sedang belajar mengenai tingkat kemampuan anak berdasarkan usia.

Tulisan-tulisan berikutnya kita akan belajar:
1. Manajemen Kelas
2. Mengajar dengan efektif
3. Mengajar dengan kreatif

Bagi Saudara yang memiliki ide atau masukan mengenai materi yang ingin dibahas, bisa mengisi kolom comment di bawah ini.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya! Tuhan menyertai engkau, Ya Pahlawan yang gagah berani.

Menjadi Guru Sekolah Minggu yang BERHASIL (Konsep Anak Panah)

Seorang raja besar yang berasal dari keluarga yang berantakan pernah berkata

“Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda. Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuhnya di pintu gerbang.” (Mazmur 127:4-5)

Ya, Salomo adalah anak dari Raja Daud, seorang Raja dengan banyak istri dan anak-anak yang membangkang. Dia tahu benar bahwa jika seorang anak tidak dididik dengan baik, maka orang tuanya akan mendapat malu. Lihat saja kakaknya Absalom yang benar-benar membuat ayahnya malu, belum lagi Amnon yang memperkosa adiknya sendiri. Continue reading

Tingkat Kemampuan Anak berdasarkan Usia (ed.1)

Masa anak-anak adalah masa yang sangat singkat. Kelihatannya selalu ada saja perubahan setiap kali kita melihat mereka. Terkadang, hal ini mempersulit kita dalam menangani mereka. Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana tumbuh kembang mereka dapat membantu kita, Guru Sekolah Minggu, merencanakan bagaimana menghadapi, memperhatikan dan membuat mereka nyaman berada di kelas. Juga dapat membantu kita membuat rencana yang lebih baik dalam pemaparan pelajaran dan aktivitas.

Setiap anak, dalam masa pertumbuhannya, berkembang secara fisik, mental, emosional, dan spiritual. Berikut ini adalah pemaparan singkat mengenai bagaimana anak-anak bertumbuh dalam tiap rentang usia. Daftar ini tidak 100 persen tepat, terkadang berbeda untuk anak yang berbeda, tapi setidaknya dapat menjadi panduan guru dalam menghadapi mereka. Continue reading