Lagu Baru: TUHANKU BESAR

Hallo guru-guru Sekolah Minggu yang dikasihi Tuhan,
Ini dia lagu baru untuk bulan Oktober, judulnya TUHANKU BESAR. Mengapa kita harus menyembah Tuhan? Karena Dia adalah Pribadi yang Maha Besar. Hal ini yang harus ditekankan pada anak-anak ketika Saudara mengajarkan lagu ini. Beritahu mereka bahwa kebesaran Tuhan tidak terbatas… Bahwa kebesaran-Nya tidak dapat dibandingkan dengan apapun…

Silahkan bagikan link di bawah ini kepada rekan kerja, teman-teman, anak-anak, adik-adik atau siapapun yang Saudara rasa memerlukan lagu baru ini.

Berikut ini linknya:

Tuhanku Besar

Kami sangat berterimakasih jika Saudara berkenan meluangkan waktu mengisi kolom di bawah ini. Dengan Saudara mengisi dan memberi komentar, Saudara sedang memberi kami dukungan untuk terus melakukan hal yang sama tiap bulannya.

 

Advertisement

Jumlah Anak Sekolah Minggu Berkurang?

Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang menghadiri Sekolah Minggu berkurang secara drastis. Anda bisa melihat isi dari penelitiannya di sini. Saya akan merangkum penelitian tersebut dalam sebuah diagram seperti ini:

Bagaimana dengan di Indonesia?

Berdasarkan hasil penelitian saya pribadi, baik melalui kunjungan saat pelayanan maupun bicara dengan beberapa Guru Sekolah Minggu, hal yang serupa terjadi di Indonesia. Jumlah Anak Sekolah Minggu berkurang dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu, katakanlah tahun 1980 – 1990 an.

Kemana perginya anak-anak ini?

Anda tentu tidak akan merasa terkejut kalau saya katakan anak-anak ini tidak kemana-mana. Orang tua merasa tidak perlu lagi “menitipkan” anaknya di Sekolah Minggu selama mereka ibadah karena mereka mempunyai gadget, sebuah peralatan canggih yang dapat membuat anak-anak mereka tidak lagi “bikin ribut” di ruang ibadah.

Solusinya…, banyak guru sekolah minggu kemudian mencoba melakukan banyak hal agar Sekolah Minggu menarik perhatian anak, namun rupanya di luar sana banyak hal yang lebih menarik perhatian anak-anak. Permainan game online yang mengharuskan pemainnya selalu online rupanya bisa membuat gambar yang lebih menarik dan tantangan-tantangan baru setiap hari.

Rekan Guru Sekolah Minggu, jika kita tidak melakukan sesuatu, maka di masa depan, gereja akan mengalami “krisis Pelayan Tuhan”. Siapa yang akan melayani anak-anak beberapa dekade dari sekarang?

Namun pertanyaan besarnya adalah apa itu “sesuatu” yang bisa kita lakukan?

Ada sebuah lagu Sekolah Minggu yang selalu saya ingat, “Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang. Nama Yesus saja disembah, ku di tempat paling b’lakang. Bila Yesus ditinggikan dan salib-Nya dic’ritakan, pasti Dia menarik semua orang datang kepada-Nya s’karang”

Saudara, memperlombakan program Sekolah Minggu dengan program sekuler dan gadget tidak akan pernah berhasil. Satu-satunya cara membuat anak-anak itu datang kepada Tuhan adalah dengan memposisikan Tuhan di tempat yang benar, artinya menjadikan Tuhan sebagai prioritas dalam Sekolah Minggu kita. Bukan permainan menarik, bukan dekorasi, bukan hadiah yang keren, tapi tempatkan TUHAN sebagai prioritas dan “daya tarik” bagi anak-anak.

Selanjutnya, Anda mungkin bisa meminta dukungan dari Gembala di gereja Anda untuk memberi pengertian pada orang tua mengenai “pentingnya anak-anak berjemaat dan bersekutu bersama Saudara seiman sejak kecil”.

Hal berikutnya adalah dengan membangun hubungan. Pernahkah Anda mendengar tentang gembala yang meninggalkan 99 ekor domba untuk menyelamatkan satu domba yang hilang? Pernahkah Anda berpikir apa yang terjadi dengan 99 ekor domba lainnya? Apakah mereka tidak pergi dan kemudian hilang seperti satu domba itu? Saya yakin gembala yang diceritakan di kisah itu berhati-hati dengan 99 ekor domba lainnya dengan menjaganya baik-baik di kandangnya.

Saudara, berapapun jumlah anak-anak yang dipercayakan pada kita, mereka perlu “dijaga” dengan baik. Cara “menjaga” mereka? bangun HUBUNGAN dengan mereka. Jangan hanya sekedar melihat mereka sebagai data statistik yang memenuhi Sekolah Minggu Anda. Mereka punya nama, mereka punya tanggal ulang tahun, mereka punya masalah di sekolah mereka. Miliki database mereka, doakan mereka dan bangun hubungan dengan mereka.

Sekolah Minggu hanya memiliki waktu satu sampai dua jam sehari. Namun berapapun waktu yang dimiliki, Tuhan memberi Anda waktu untuk berinvestasi dalam kehidupan setiap anak-anak. Mari kita jadi pahlawan Tuhan yang bertanggungjawab dan pada akhirnya Tuhan akan berkata “hai kau hamba-Ku yang baik dan setia,…”

Selamat melayani, Pahlawan Tuhan

 

Yoanna Greissia

Bagaimana MERINTIS Sekolah Minggu

Apakah di gereja Anda ada pelayanan Sekolah Minggu? Seringkali Sekolah Minggu diadakan bersamaan waktunya dengan ibadah orang dewasa, di area yang terpisah. Kita semua menyadari bahwa anak-anak, remaja dan bahkan orang dewasa belajar banyak tentang Tuhan dengan mempelajari Firman-Nya (Alkitab). Hal inilah yang melatar belakangi munculnya “Sekolah Minggu” (atau jaman sekarang lebih sering disebut “Pelayanan Anak”).
Jika Anda begitu ingin memulai Pelayanan Anak ini, Anda dapat memulainya hanya dengan tempat pertemuan, Alkitab, dan beberapa anak (tentu saja, Anda juga membutuhkan tuntunan Roh Kudus!). Tapi kemudian, Anda akan menyadari bahwa Anda membutuhkan pemikiran lebih mendalam mengenai ‘apa yang ingin Anda capai’, bagaimana Anda ingin mencapainya, apa yang akan Anda ajarkan dan siapa yang akan membantu Anda.

Atau dengan kata lain, Anda perlu memberi perhatian pada beberapa hal di bawah ini:

TUJUAN

Apa tujuan dari pelayanan Anda? Apa yang Anda coba raih? Apa yang sedang Anda coba penuhi?

  • Apakah Anda mencoba membagikan Kabar Baik dari Injil?
  • Apakah Anda mencoba memuridkan orang yang sudah percaya?
  • Apakah Anda mencoba menyediakan tempat penitipan anak, hingga orang dewasa dapat melayani dan beribadah dengan lebih lancar?
  • Apakah Anda hanya sekedar mengumpulkan sebanyak mungkin anak untuk menghibur mereka?

PRIORITAS

Apa yang perlu Anda lakukan terlebih dahulu? Hal apa yang PALING penting?

  • Apa yang harus dilakukan, dengan urutan bagaimana, untuk hal yang paling penting ini?
  • Apa yang harus dilakukan kemudian?
  • dan selanjutnya, dan selanjutnya…

RENCANA

Suatu ringkasan mengenai BAGAIMANA Anda akan mencapai tujuan Anda dan melakukan prioritas Anda

  • Pikirkan mengenai pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
    • Siapa yang akan menjadi murid-murid Anda?
    • Siapa saja yang akan menjadi guru, administrator, dan penolong?
    • Pelayanan seperti apa yang Anda harapkan?
    • Apa saja yang akan Anda pelajari untuk melakukan tugas dan tanggungjawab ini?
    • Dimana dan kapan Anda akan melakukan pertemuan?
    • Bagaimana Anda akan membayar pengeluaran yang mungkin terjadi?

PASTOR / PENDETA

Dalam setiap organisasi gereja, ada sebuah hierarki otoritas

  • Diskusikan ide dan jawaban-jawaban Anda akan pertanyaan di atas dengan Pendeta Anda dan / atau pemimpin gereja lain yang terkait
  • Kepada siapa Anda akan mempertanggungjawabkan peran pelayanan yang baru ini
  • Untuk siapa Anda bertanggungjawab dalam peran pelayanan yang baru ini

JALUR


Apa yang murid-murid perlukan? Apa yang akan Anda pelajari?

  • Berapa rentang usia murid-murid Anda
  • Apakah mereka orang-orang percaya?
  • Apa yang sudah mereka tahu tentang Tuhan?
  • Berapa banyak mereka tahu tentang Firman Tuhan(bersambung)

ps: berikutnya kita akan membahas satu persatu mengenai Tujuan, Prioritas, Rencana, Pastor / Pendeta dan Jalur ini… Jadi.. SUBSCRIBE ya!!

 

diolah dari berbagai sumber

Pahlawan yang Lelah

image

“Anak-anak sekarang tidak seperti anak-anak jaman dulu” merupakan kalimat yang sering kita dengar dari mulut guru-guru Sekolah Minggu.

“Mereka sekarang sulit disuruh bernyanyi, sulit duduk diam, selalu memainkan gadget, terlalu kritis, selalu protes”

Benar! Lingkungan sedikit banyak memang berpengaruh pada diri anak-anak (bahkan tidak hanya anak, orang dewasa pun terpengaruh). Tapi sebenarnya, anak-anak tetap sama. Mereka memiliki potensi diajar yang luar biasa, mereka mudah menyerap apapun, mereka suka gambar, bermain, menggerakkan tubuh, dan mereka memiliki potensi belajar tentang Tuhan.

Sebenarnya yang berubah adalah kita, guru-guru Sekolah Minggu yang sudah mengajar bertahun-tahun. Kebanyakan dari kita menjadi letih, lelah, jenuh dengan rutinitas mingguan kita. Kita mulai mengurangi porsi demi porsi yang seharusnya kita berikan pada anak-anak.

Kelas persiapan menjadi terlalu melelahkan bagi kesibukan kita. Kita berdalih “daripada susah-susah bertemu untuk kelas persiapan, sebaiknya membuat group di whatsapp”.

Training Guru Sekolah Minggu dinilai terlalu merepotkan. Kita berdalih “daripada susah-susah membuat jadwal training, sebaiknya mereka yang baru belajar dari kita yang lama (yang sebenarnya sudah kelelahan mengajar)”

Alat peraga dinilai terlalu menyulitkan untuk dibuat. Kita berdalih “untuk apa ada teknologi multimedia yang memudahkan kita. Lagipula anak-anak suka menonton”

Kreativitas menjadi sebuah kata yang sulit dideskripsikan setelah banyak sumber tersedia di youtube dan dunia maya. Alih-alih mencari alat peraga yang sesuai dengan bahan ajar, kita membuat bahan ajar yang sesuai dengan alat peraga yang (kebetulan) kita temukan di jejaring sosial.

image

Guru pendatang di dunia Sekolah Minggu bingung dengan “bagaimana yang seharusnya”. Mereka berpikir begitulah yang biasa dilakukan. Tanpa kita sadari kualitas guru semakin lama semakin menurun.

Belum lagi hambatan yang ada baik dari dalam maupun luar organisasi gereja. Kurangnya pemain musik, ruang Sekolah Minggu yang tidak memadai, kurangnya guru Sekolah Minggu, kurangnya budget untuk Sekolah Minggu, gadget yang selalu dipegang anak, orang tua yang sulit kooperatif merupakan contoh dari masalah yang dihadapi Guru Sekolah Minggu.

Guru Sekolah Minggu yang dikasihi Tuhan, dunia ini membuat kita lelah. Mengajar bertahun-tahun membuat kita jenuh. Keterbatasan membuat kita putus asa. Hambatan membuat kita apatis.

Saudara, jerih lelah Anda tidak sia-sia! Untuk setiap keringat yang Anda keluarkan, Tuhan memperhitungkannya. Untuk setiap air mata yang mengalir, Tuhan menampungnya. Untuk setiap hati yang terluka, Tuhan memiliki obatnya.

Namun kita tidak bisa melayani anak-anak dengan kelelahan, kejenuhan dan hati yang patah. Tuhan Yesus berkata “barangsiapa menyambut seorang anak di dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Matius 18:5).

Ya, saat kita menyambut anak, kita menyambut Yesus. Bagaimana Saudara ingin menyambut Yesus?

image

Alkitab mengajarkan kita cara mengatasi kelelahan:
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”

Saudara mungkin berkata “Ya, kami tahu… tapi apa yang harus kami lakukan agar kami tidak lelah dan jenuh?”

Tulisan-tulisan berikutnya akan berisi tips-tips dan informasi yang akan memperlengkapi Saudara dalam melayani. Namun dalam tulisan ini, ada empat hal dasar yang dapat mengatasi kelelahan Saudara:

1. Andalkan Tuhan, nantikanlah Dia. Saudara akan kehabisan tenaga ketika mengandalkan kekuatan sendiri. Sebaliknya, Saudara akan mendapat kekuatan baru ketika Saudara mengandalkan kekuatan Tuhan.

2. Ingat bahwa anak-anak ini adalah milik pusaka Tuhan (Mazmur 127:3) dan saat Saudara menyambut mereka, Saudara sedang menyambut Tuhan.

3. Sadari tujuan pelayanan Saudara. Saudara sedang investasi dalam hidup setiap anak. Saudara kemungkinan besar mempengaruhi masa depan mereka. Jika tanggungjawab itu Tuhan berikan ke tangan Saudara, apa yang akan Saudara lakukan?

4. Perlengkapi diri untuk melayani dengan EFEKTIF! Saat kita melayani dengan tepat sasaran, rasa lelah kita akan berganti sukacita. Namun, hati saja tidak cukup untuk dapat melayani dengan efektif, Saudara harus memiliki hati yang mau BELAJAR.

Dari tulisan sebelumnya kita sudah belajar mengenai bagaimana menjadi Guru Sekolah Minggu (mulai dari basic, luar biasa, hingga berhasil). Kita juga sedang belajar mengenai tingkat kemampuan anak berdasarkan usia.

Tulisan-tulisan berikutnya kita akan belajar:
1. Manajemen Kelas
2. Mengajar dengan efektif
3. Mengajar dengan kreatif

Bagi Saudara yang memiliki ide atau masukan mengenai materi yang ingin dibahas, bisa mengisi kolom comment di bawah ini.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya! Tuhan menyertai engkau, Ya Pahlawan yang gagah berani.

Ah, Anak Mana Ngerti?

 

TIdak jarang kita mendengar kalimat ini keluar dari mulut orang dewasa, bukan? “Ah, anak mana ngerti?”

Sebagai guru Sekolah Minggu, salah satu kalimat tabu yang harus kita hindari adalah, “Anak mana ngerti?”. Anak-anak menyimpan potensi lebih dari yang Anda pikirkan, jangan anggap remeh mereka.

Pemikiran “Ah anak mana ngerti” ini membuat kebanyakan program Sekolah Minggu dibuat hanya untuk bersenang-senang. Guru Sekolah Minggu seolah putus asa dengan kompleksnya masalah yang mereka hadapi sehingga akhirnya lebih terpaku pada “jumlah kehadiran” anak-anak daripada tujuan penginjilan atau pemuridan anak-anak. Continue reading