
“Anak-anak sekarang tidak seperti anak-anak jaman dulu” merupakan kalimat yang sering kita dengar dari mulut guru-guru Sekolah Minggu.
“Mereka sekarang sulit disuruh bernyanyi, sulit duduk diam, selalu memainkan gadget, terlalu kritis, selalu protes”
Benar! Lingkungan sedikit banyak memang berpengaruh pada diri anak-anak (bahkan tidak hanya anak, orang dewasa pun terpengaruh). Tapi sebenarnya, anak-anak tetap sama. Mereka memiliki potensi diajar yang luar biasa, mereka mudah menyerap apapun, mereka suka gambar, bermain, menggerakkan tubuh, dan mereka memiliki potensi belajar tentang Tuhan.
Sebenarnya yang berubah adalah kita, guru-guru Sekolah Minggu yang sudah mengajar bertahun-tahun. Kebanyakan dari kita menjadi letih, lelah, jenuh dengan rutinitas mingguan kita. Kita mulai mengurangi porsi demi porsi yang seharusnya kita berikan pada anak-anak.
Kelas persiapan menjadi terlalu melelahkan bagi kesibukan kita. Kita berdalih “daripada susah-susah bertemu untuk kelas persiapan, sebaiknya membuat group di whatsapp”.
Training Guru Sekolah Minggu dinilai terlalu merepotkan. Kita berdalih “daripada susah-susah membuat jadwal training, sebaiknya mereka yang baru belajar dari kita yang lama (yang sebenarnya sudah kelelahan mengajar)”
Alat peraga dinilai terlalu menyulitkan untuk dibuat. Kita berdalih “untuk apa ada teknologi multimedia yang memudahkan kita. Lagipula anak-anak suka menonton”
Kreativitas menjadi sebuah kata yang sulit dideskripsikan setelah banyak sumber tersedia di youtube dan dunia maya. Alih-alih mencari alat peraga yang sesuai dengan bahan ajar, kita membuat bahan ajar yang sesuai dengan alat peraga yang (kebetulan) kita temukan di jejaring sosial.

Guru pendatang di dunia Sekolah Minggu bingung dengan “bagaimana yang seharusnya”. Mereka berpikir begitulah yang biasa dilakukan. Tanpa kita sadari kualitas guru semakin lama semakin menurun.
Belum lagi hambatan yang ada baik dari dalam maupun luar organisasi gereja. Kurangnya pemain musik, ruang Sekolah Minggu yang tidak memadai, kurangnya guru Sekolah Minggu, kurangnya budget untuk Sekolah Minggu, gadget yang selalu dipegang anak, orang tua yang sulit kooperatif merupakan contoh dari masalah yang dihadapi Guru Sekolah Minggu.
Guru Sekolah Minggu yang dikasihi Tuhan, dunia ini membuat kita lelah. Mengajar bertahun-tahun membuat kita jenuh. Keterbatasan membuat kita putus asa. Hambatan membuat kita apatis.
Saudara, jerih lelah Anda tidak sia-sia! Untuk setiap keringat yang Anda keluarkan, Tuhan memperhitungkannya. Untuk setiap air mata yang mengalir, Tuhan menampungnya. Untuk setiap hati yang terluka, Tuhan memiliki obatnya.
Namun kita tidak bisa melayani anak-anak dengan kelelahan, kejenuhan dan hati yang patah. Tuhan Yesus berkata “barangsiapa menyambut seorang anak di dalam nama-Ku, ia menyambut Aku” (Matius 18:5).
Ya, saat kita menyambut anak, kita menyambut Yesus. Bagaimana Saudara ingin menyambut Yesus?

Alkitab mengajarkan kita cara mengatasi kelelahan:
“Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru; mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah”
Saudara mungkin berkata “Ya, kami tahu… tapi apa yang harus kami lakukan agar kami tidak lelah dan jenuh?”
Tulisan-tulisan berikutnya akan berisi tips-tips dan informasi yang akan memperlengkapi Saudara dalam melayani. Namun dalam tulisan ini, ada empat hal dasar yang dapat mengatasi kelelahan Saudara:
1. Andalkan Tuhan, nantikanlah Dia. Saudara akan kehabisan tenaga ketika mengandalkan kekuatan sendiri. Sebaliknya, Saudara akan mendapat kekuatan baru ketika Saudara mengandalkan kekuatan Tuhan.
2. Ingat bahwa anak-anak ini adalah milik pusaka Tuhan (Mazmur 127:3) dan saat Saudara menyambut mereka, Saudara sedang menyambut Tuhan.
3. Sadari tujuan pelayanan Saudara. Saudara sedang investasi dalam hidup setiap anak. Saudara kemungkinan besar mempengaruhi masa depan mereka. Jika tanggungjawab itu Tuhan berikan ke tangan Saudara, apa yang akan Saudara lakukan?
4. Perlengkapi diri untuk melayani dengan EFEKTIF! Saat kita melayani dengan tepat sasaran, rasa lelah kita akan berganti sukacita. Namun, hati saja tidak cukup untuk dapat melayani dengan efektif, Saudara harus memiliki hati yang mau BELAJAR.
Dari tulisan sebelumnya kita sudah belajar mengenai bagaimana menjadi Guru Sekolah Minggu (mulai dari basic, luar biasa, hingga berhasil). Kita juga sedang belajar mengenai tingkat kemampuan anak berdasarkan usia.
Tulisan-tulisan berikutnya kita akan belajar:
1. Manajemen Kelas
2. Mengajar dengan efektif
3. Mengajar dengan kreatif
Bagi Saudara yang memiliki ide atau masukan mengenai materi yang ingin dibahas, bisa mengisi kolom comment di bawah ini.
Sampai jumpa di tulisan berikutnya! Tuhan menyertai engkau, Ya Pahlawan yang gagah berani.
Like this:
Like Loading...