Kegelisahan di kelas…

Anak yang gelisah terkadang mudah diidentifikasi di dalam kelas (seperti ketika seorang anak gugup sebelum ujian sekolah). Tapi terkadang kegelisahan terlihat sebagai sesuatu yang benar-benar lain (seperti tidak enak perut, perilaku mudah marah atau merusak, ADHD atau gangguan belajar.

Ada banyak tipe kegelisahan, itulah yang membuatnya seringkali sulit dideteksi. Kesamaan dari banyak tipe tersebut adalah, kata ahli saraf dan mantan guru Ken Schuster, PsyD, adalah terkadang kegelisahan “mengunci otak”, membuat sekolah menjadi begitu sulit bagi anak-anak yang gelisah.

Anak-anak dapat bergumul dengan:

  1. Separation Anxiety: Kegelisahan akibat takut dipisahkan dari pengasuh. Anak-anak ini dapat mengalami hari yang berat selama berada di sekolah
  2. Social Anxiety atau kegelisahan sosial: Anak-anak yang canggung mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan temannya atau berpartisipasi di kelas.
  3. Selective Mutism: Ketika anak-anak mengalami kesulitan untuk berbicara dalam beberapa kondisi tertentu, seperti ketika berada dekat dengan guru
  4. Generalized anxiety: Ketika seorang anak khawatir mengenai masalah sehari-hari. Anak-anak dengan jenis kecemasan semacam ini sering khawatir terutama tentang kinerja mereka di sekolah dan mereka berjuang melawan sikap perfeksionisme mereka.
  5. Obsessive-compulsive disorder (OCD) atau gangguan obsesif-kompulsif: Bila pikiran anak dipenuhi dengan pikiran yang tidak diinginkan dan penuh dengan tekanan. Anak-anak dengan OCD mencoba meringankan kecemasan mereka dengan melakukan ritual kompulsif seperti menghitung atau mencuci tangan.
  6. Specific phobias: Bila anak-anak memiliki ketakutan yang berlebihan dan tidak masuk akal terhadap hal-hal tertentu, seperti takut pada hewan atau badai.

 

Dalam tulisan berikutnya kita akan membahas satu persatu jenis-jenis kecemasan di atas. Untuk sekarang, coba lihat di kelas Anda, adakah siswa-siswi Anda yang memiliki gejala di atas?

diambil dari: https://childmind.org

Advertisement

Mengenal Masalah Perilaku Anak: ODD

Oppositional defiant disorder (ODD) adalah pola perilaku marah atau mudah tersinggung yang terus-menerus; argumentatif, perilaku menantang terhadap figur penguasa; dan mendendam. Pada beberapa anak dengan ODD, perilaku ini hanya terlihat di satu tlingkungan saja-biasanya di rumah. Pada kasus yang lebih parah terjadi pada beberapa lingkungan. Untuk diagnosis ODD, frekuensi dan intensitas perilaku ini harus berada di luar batas wajar untuk tingkat perkembangan anak, jenis kelamin dan budaya.

Sebenarnya, normal bagi anak-anak untuk bersikap menentang dan menantang setidaknya untuk beberapa waktu atau keadaan. Sebenarnya, ini pertanda perkembangan yang sehat. Jadi, kapan perilaku menentang ini dianggap sebagai gangguan ODD? Diagnosisnya sebaiknya tidak diberikan terburu-buru, misalnya kepada balita yang baru mengetahui bahwa kata favoritnya yang baru adalah “tidak”.

ODD biasanya didiagnosis pada usia dini dan berhenti didiagnosis sekitar masa remaja. Anak-anak yang memiliki ODD memiliki pola masalah perilaku yang terus menerus.

Gejalanya meliputi:

  • Menjadi sangat marah dan mudah tersinggung
  • Sering mengamuk
  • Sering kehilangan kesabaran
  • Mudah tersinggung
  • Berdebat dengan figur otoritas
  • Menolak mengikuti aturan
  • Sengaja bersikap menyebalkan atau mengganggu orang lain
  • Menyalahkan orang lain karena kesalahannya
  • Menjadi pendendam
  • Tingkat percaya diri rendah
  • Mudah frustrasi

Semua anak mungkin memiliki gejala ini sesekali, namun yang membedakan ODD dari perilaku oposisi normal adalah seberapa parahnya, dan berapa lama waktu mereka bersikap seperti itu. Seorang anak dengan ODD akan memiliki masalah perilaku ekstrem setidaknya selama enam bulan.

Ciri lain ODD adalah jumlah “kerusakan” yang terjadi pada hubungan keluarga. Rasa frustrasi harian yang terus menerus – perintah, argumen, ledakan-ledakan yang benar-benar “meledak” – terbangun dari waktu ke waktu, dan interaksi negatif ini merusak ikatan orang tua-anak dan menciptakan perilaku bermusuhan antar mereka.

Sulitnya menjadi orang tua

Anak-anak yang memiliki masalah perilaku seringkali membuat orang tua bersikap ekstrem. Mereka mendorong orang tua untuk bersikap permisif atau mereka mendorong orang tua untuk menjadi pemaksa yang berharap jumlah kontrol yang lebih besar akan membuat anak tersebut mendengarkan.

Tak satu pun dari titik ekstrem ini cocok untuk menjadi orangtua yang ideal. Orang tua pastinya tidak pernah berniat untuk memperkuat perilaku buruk anak, namun kita sering tidak menyadari saat kita melakukannya. Berikut adalah dua skenario umum:

  1. Anda menyuruh anak Anda untuk berhenti bermain game dan bersiap-siap tidur. Dia mengabaikan dua permintaan pertama Anda. Saat Anda menyuruh untuk ketiga kalinya, Anda sangat marah sehingga Anda berteriak.
  2. Anda menyuruh anak Anda untuk berhenti bermain game dan bersiap-siap tidur. Dia mengamuk karena dia ingin terus bermain. Anda tidak ingin dia bermain begitu lama sebelum tidur, jadi Anda mengalah dan mengatakan bahwa dia bisa bermain selama sepuluh menit lagi – tapi kemudian dia harus tidur.

Dalam skenario pertama, anak Anda belajar bahwa berteriak adalah cara yang dapat diterima untuk menyampaikan pesan. Lebih tepatnya, dia mungkin juga belajar bahwa dia dapat terus mengabaikan beberapa permintaan pertama (di mana Anda belum berteriak) hingga saat Anda berteriak (yang diartikannya bahwa Anda sudah serius).

Dalam skenario kedua, anak Anda telah belajar bahwa mengamuk mungkin memberinya sesuatu yang dia inginkan, jadi dia akan cenderung melakukannya lagi di masa depan.

Kedua skenario ini dapat membuat keluarga menghadapi konflik di masa depan, dan semakin diulang, maka hal ini akan menjadi pola perilaku yang sulit dipecahkan. Skenario seperti ini tidak hanya terjadi pada anak dengan ODD, namun interaksi negatif yang diulang seperti ini justru membuat masalah perilaku semakin mungkin terjadi.

Dalam kasus ini, kita tidak dapat menyalahkan orang tua maupun anak, namun orang tua perlu mengetahui bahwa anak mempelajari pola dan mereka belajar bagaimana bertindak melalui pengalaman demi pengalaman yang mereka jalani.

Anak-anak dengan ODD cenderung lebih menentang orang yang mereka kenal dengan baik, seperti orang tua. Ini terjadi karena pola hubungan dan pengalaman yang sudah mereka kenali. Sedangkan di tempat seperti sekolah, di mana anak-anak kurang menguasai secara umum mengenai lingkungan mereka, jenis perilaku yang umum terjadi pada ODD mungkin tidak akan terlihat sama sekali.

ADHD dan ODD

Menurut penelitian 30 sampai 50 persen anak-anak dengan ADHD juga mengalami ODD. Anak-anak dengan ADHD secara biologis muda merasa terganggu, impulsif, mengalami kesulitan bertahan di satu tempat untuk sementara waktu. Jadi anak-anak dengan ADHD seringkali mulai melakukan hal-hal yang oleh orang tua dianggap terlarang. Dan kemudian ketika anak-anak itu mendapat umpan balik negatif, mereka mulai berorientasi negatif pada orang dewasa. Pola interaksi negatif yang berulang ini dapat menyebabkan ODD berkembang.
Tapi perkembangan ODD mungkin berkaitan dengan temperamen anak dan akan terlihat sejak dini. Anak-anak yang memiliki banyak kesulitan untuk menenangkan diri saat mereka balita dan terus berjuang dengan kemampuan mengendalikan emosi saat menghadapi kekecewaan atau frustrasi mungkin memiliki ODD. Orang dewasa di lingkungan mereka mungkin lebih cenderung mengakomodasi tuntutan mereka agar keluarga mereka berfungsi selaras mungkin.

Anak-anak yang telah mengalami banyak stres dan trauma hidup juga lebih cenderung memiliki ODD.

Mengapa pengobatan itu penting?

Penting untuk mendapatkan perawatan guna memperbaiki hubungan orang tua dan anak, untuk kesehatan dan kebahagiaan seluruh keluarga. Hal ini juga penting bagi masa depan anak Anda. Jika tidak, beberapa anak akan tumbuh dengan ODD, yang lain akan terus memiliki masalah perilaku, yang dapat menyebabkan penolakan teman sebaya dan kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat, belum lagi perselisihan keluarga yang terus berlanjut.

Mereka juga cenderung tidak mencapai potensinya. Jika sesuatu tidak berjalan, mereka cenderung menyalahkan orang lain, dan bukannya introspeksi.

Dalam sebagian kecil anak-anak dengan ODD, perilaku buruk akan terus berkembang menjadi conduct disorder, yang merupakan gangguan perilaku yang lebih parah yang mencakup tindakan kriminal seperti mencuri, membakar dan menyakiti orang.

Untuk itu penting sekali mendapatkan perawatan sesegera mungkin ketika seorang anak baru didiagnosis mengalami gangguan perilaku.

Perawatan ODD

Orang tua memainkan peran kunci dalam pengobatan ODD. Ini mungkin mengejutkan, karena walaupun anak-anak adalah mereka yang didiagnosis ODD, namun hubungan orang tua-anak yang perlu diperbaiki, yang berarti kedua belah pihak perlu melakukan perubahan untuk kembali ke jalur semula.

Semua program memiliki kesamaan tujuan, seperti membantu orang tua menemukan jalan tengah antara bersikap terlalu otoritatif dan terlalu permisif. Seorang terapis perilaku membantu orang tua belajar bagaimana melatih perilaku anak mereka dengan menetapkan harapan yang jelas, memuji anak-anak saat mereka menurut dan bagaimana menerapkan disiplin yang efektif jika mereka tidak menurut. Orang tua juga perlu belajar untuk menggunakan strategi ini secara konsisten – satu alasan mengapa strategi manajemen perilaku terkadang tidak berhasil adalah karena orang tua mencoba teknik yang berbeda, bertentangan, atau tidak mengikuti satu program secara konsisten. Orang tua dan anak-anak juga akan belajar keterampilan memecahkan masalah yang dapat mereka gunakan saat ada masalah.

Program pelatihan orang tua mungkin mencakup sesi dengan orang tua dan anak-anak yang bekerja sama, atau hanya orang tua saja. Beberapa program yang berbeda meliputi:

  • Parent-Child Interaction Therapy (PCIT)
  • Parent Management Training (PMT)
  • Defiant Teens
  • Positive Parenting Programme (Triple P)
  • The Incredible Years

Dokter mungkin juga merekomendasikan pelatihan keterampilan sosial untuk membantu memperbaiki hubungan dengan teman sebaya atau terapi perilaku kognitif jika dia mengalami kecemasan atau depresi.

Tidak ada obat yang disetujui Ikatan Dokter manapun untuk ODD, namun obat kadang-kadang digunakan sebagai tambahan terapi perilaku. Obat anti-psikotik seperti Abilify (aripiprazole) dan Risperdal (risperdone), yang telah terbukti mengurangi agresi dan mudah tersinggung, sering digunakan pada kasus di mana seorang anak berisiko dikeluarkan dari sekolah atau rumah. Pengobatan stimulan dapat digunakan jika anak memiliki impulsif yang berlebihan, termasuk mereka yang memiliki diagnosis ADHD. Antidepresan (SSRI) dapat membantu jika seorang anak mengalami depresi atau kecemasan yang mendasarinya.

Terlepas dari rencana perawatan yang direkomendasikan oleh terapis Anda, orang tua perlu memberikan banyak dorongan. Anak-anak tidak akan tiba-tiba terbangun dan berharap perilaku mereka lebih baik hari itu dan kemudian meminta bantuan semua orang dewasa dalam kehidupan mereka untuk dapat berubah. Orang tua atau orang dewasa lain yang perlu berinisiatif memberikan bantuan dan dorongan.

Tapi begitu dinamika keluarga mulai berubah, dan anak-anak (dan orang tua) mulai merasa lebih percaya diri dalam kemampuan mereka untuk bergaul, semua orang akan jauh lebih bahagia.

Mengenal masalah perilaku anak: ADHD

Sebenarnya, anak dengan ADHD menunjukkan tanda-tanda gangguan tersebut sebelum mereka mencapai usia sekolah. Tapi biasanya baru ketahuan ketika mereka sudah di sekolah, ketika mereka mengalami kesulitan memenuhi harapan untuk anak-anak di kelas mereka, sebagian besar dirujuk untuk diagnosis.

ADHD adalah salah satu hal pertama yang dicurigai ketika perilaku anak di kelas, atau kinerja di sekolah, bermasalah. Tidak bisa duduk diam, mengungkapkan jawaban di kelas tanpa mengangkat tangan,  tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, tampak sedang melamun saat diberi instruksi oleh guru – adalah gejala ADHD yang terkenal.

Tapi ini bisa juga perilaku yang disebabkan oleh faktor lain, mulai dari kecemasan,  trauma, atau menjadi anak dengan usia termuda dari kebanyakan anak di kelas, dan karenanya sedikit kurang matang.

Itulah mengapa penting bagi guru dan orang tua untuk mengetahui seperti apa ADHD di kelas, dan bagaimana hal tersebut bisa membingungkan dengan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi perilaku anak. Saat anak-anak dalam usia masih sangat muda, kita perlu mengamati mereka dengan sangat hati-hati untuk bisa mengartikulasikan perasaan mereka. Kemudian mengirimkan anak-anak bermasalah untuk segera didiagnosis dan mendapat dukungan yang tepat akan sangat membantu mereka untuk dapat sukses di sekolah dan juga aspek lain dalam kehidupan mereka.

Gejala ADHD

Ada tiga jenis perilaku yang terlibat dalam ADHD: kurangnya perhatian, hiperaktif dan impulsif. Tentu saja hampir semua anak kecil kadang-kadang mengalami kesulitan memperhatikan guru dan orang tua, tetap duduk di kursi mereka, dan menunggu giliran mereka. Anak-anak hanya boleh didiagnosis menderita ADHD jika perilaku mereka jauh lebih ekstrem di area ini daripada anak-anak seusia mereka.

Gejala ADHD ini terbagi menjadi dua kelompok-sulit memperhatikan / kurang perhatian (inattentive) dan hiperaktif-impulsif. Beberapa anak menunjukkan perilaku yang kurang perhatian dan yang lainnya sangat hiperaktif-impulsif. Tapi mayoritas dari mereka yang memiliki ADHD memiliki kombinasi keduanya, yang mungkin akan sangat sulit bagi mereka untuk mengikuti kegiatan di sekolah.

Inilah perilaku yang mungkin Anda amati di sekolah dalam dua kategori tersebut.

Gejala kurang perhatian ADHD:

  • Membuat kesalahan ceroboh dalam pekerjaan sekolah, mengabaikan detailnya
  • Mudah terganggu atau teralihkan
  • Memiliki kesulitan mengikuti instruksi
  • Sepertinya tidak mendengarkan saat diajak bicara secara langsung
  • Mengalami kesulitan mengatur tugas dan harta benda
  • Seringkali gagal menyelesaikan pekerjaan di sekolah atau pekerjaan di kelas
  • Seringkali menghindari atau menolak tugas yang membutuhkan usaha mental berkelanjutan, termasuk mengerjakan pekerjaan rumah
  • Seringkali kehilangan pekerjaan rumah, buku, jaket, ransel, peralatan olah raga

Gejala hiperaktif atau impulsif ADHD:

  • Seringkali gelisah atau ngengat
  • Sulit tinggal di tempat duduknya
  • Berjalan dan naik di tempat yang tidak sesuai
  • Sulit bermain dengan tenang?
  • Sangat tidak sabar, tidak bisa menunggu gilirannya
  • Sepertinya selalu “on the go” atau “digerakkan oleh motor”
  • Terlalu banyak bicara
  • Blurts keluar jawaban sebelum pertanyaan selesai
  • Menginterupsi atau mengganggu percakapan orang lain, aktivitas, harta benda

Kerusakan serius

Penting untuk diingat bahwa tidak setiap anak berenergi tinggi atau impulsif memiliki ADHD. Anak-anak didiagnosis dengan ADHD hanya jika mereka menunjukkan gejala ini begitu sering sehingga menyebabkan kesulitan nyata dalam setidaknya dua pengaturan – yaitu. di sekolah dan di rumah, dan pola yang menyebabkan mereka mengalami gangguan serius harus terlihat setidaknya selama 6 bulan.

Mssalah usia

Usia juga merupakan faktor penting yang menentukan. Ketika mempertimbangkan perilaku anak, kita harus membandingkannya dengan anak-anak lain seusianya-bukannya pada anak-anak lain di kelas. Dalam kelas tertentu, usia anak-anak bisa berbeda hampir setahun, dan setahun bisa membuat perbedaan besar pada kemampuan seorang anak untuk mengatur diri sendiri.

Dua penelitian dalam beberapa tahun terakhir menyimpulkan bahwa anak-anak yang termuda di kelas mereka didiagnosis secara tidak proporsional dengan ADHD. Sebuah penelitian di Michigan menemukan bahwa anak-anak TK yang termuda di kelas mereka 60% lebih mungkin didiagnosis dengan ADHD daripada yang tertua di kelas mereka. Dan itu tidak hanya mempengaruhi taman kanak-kanak: sebuah penelitian di North Carolina menemukan bahwa pada kelas lima dan delapan, anak-anak termuda memiliki kemungkinan hampir dua kalinya diberikan resep obat untuk ADHD daripada yang tertua .

Penyebab lainnya

Ketika anak-anak menunjukkan perilaku yang kita asosiasikan dengan ADHD, penting untuk diingat bahwa hal itu dapat disebabkan oleh faktor mendasar lainnya. Seorang anak yang sulit memperhatikan bisa saja terganggu oleh sebuah kegelisahan kronis, dipicu oleh situasi yang mengkhawatirkan atau menyakitkan di rumah, atau karena dia diintimidasi di taman bermain. Ini semua adalah hal yang mungkin membuat anak merasa malu dan kemudian merahasiakannya.

Hal lain yang sering disembunyikan anak adalah gangguan belajar (learning disorder) yang tidak terdiagnosis. Jika seorang anak gelisah saat seharusnya membaca, mungkin disleksia menyebabkan frustrasinya yang besar. Dan jika dia tidak mau beranjak dari kursinya, itu bisa jadi karena dia malu karena sepertinya dia tidak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan anak-anak lain, dan berniat menutupi kenyataan itu.

Anak perempuan berbeda

Sterotip ADHD adalah anak laki-laki yang mengganggu kelas dengan melompat dari tempat duduk mereka, memasuki urusan anak-anak lain, atau mengucapkan jawaban tanpa mengangkat tangan mereka. Tapi anak perempuan juga mungkin memiliki ADHD, dan mereka cenderung lebih lambat terdiagnosa karena gejalanya lebih halus. Kebanyakan dari mereka hanya memiliki satu gejala sulit memperhatikan dari  ADHD, dan mereka dikenal dengan suka melamun atau suka berputar-putar. Jika mereka memiliki gejala hiperaktif-impulsif, mereka cenderung dianggap agresif, terlalu banyak bicara, atau overemotional. Anak perempuan yang impulsif mungkin mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri secara sosial dan berjuang untuk membuat dan berteman.

Tapi alasan besar mengapa banyak gadis tidak didiagnosis adalah mereka lebih membuka diri untuk mengimbangi kelemahan mereka dan menyembunyikan rasa malu mereka karena tertinggal, kehilangan sesuatu atau merasa tidak mengerti. Meningkatnya kesadaran, seiring bertambahnya usia, bahwa mereka harus bekerja lebih keras daripada teman sebaya mereka tanpa ADHD untuk mencapai hal yang sama, sangat merusak harga diri mereka. Gadis-gadis yang keras pada diri mereka sendiri akibat kekurangan mereka  mungkin sedang berjuang dengan pikiran bahwa mereka bodoh atau “rusak”.

Kesimpulan

Selalu memperhatikan perilaku anak-anak di kelas adalah hal yang sangat penting. Tidak hanya karena hal itu mempengaruhi pembelajaran mereka – dan berpotensi tidak mengganggu anak-anak lain di kelas untuk belajar – tetapi juga karena ini adalah jendela perkembangan sosial dan emosional mereka. Ketika anak-anak gagal atau berjuang di sekolah untuk jangka waktu yang lama, atau bertindak karena frustrasi, tanpa mendapat pertolongan, hal itu dapat menyebabkan pola perilaku disfungsional yang semakin sulit dipecahkan.

Itulah mengapa penting bagi orang tua untuk mendapatkan diagnosis yang baik dari seorang profesional kesehatan mental yang meluangkan waktu untuk secara hati-hati mempertimbangkan pola perilaku seorang anak dan apa yang mungkin (dan mungkin tidak) ditunjukkan. Tidak hanya peduli tapi tepat untuk mendefinisikan dan merawat masalah anak saat ia masih muda banyak waktu dalam jangka panjang.

 

Diterjemahkan dari: https://childmind.org/article/whats-adhd-and-whats-not-in-the-classroom