Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa jumlah anak-anak yang menghadiri Sekolah Minggu berkurang secara drastis. Anda bisa melihat isi dari penelitiannya di sini. Saya akan merangkum penelitian tersebut dalam sebuah diagram seperti ini:
Bagaimana dengan di Indonesia?
Berdasarkan hasil penelitian saya pribadi, baik melalui kunjungan saat pelayanan maupun bicara dengan beberapa Guru Sekolah Minggu, hal yang serupa terjadi di Indonesia. Jumlah Anak Sekolah Minggu berkurang dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu, katakanlah tahun 1980 – 1990 an.
Kemana perginya anak-anak ini?
Anda tentu tidak akan merasa terkejut kalau saya katakan anak-anak ini tidak kemana-mana. Orang tua merasa tidak perlu lagi “menitipkan” anaknya di Sekolah Minggu selama mereka ibadah karena mereka mempunyai gadget, sebuah peralatan canggih yang dapat membuat anak-anak mereka tidak lagi “bikin ribut” di ruang ibadah.
Solusinya…, banyak guru sekolah minggu kemudian mencoba melakukan banyak hal agar Sekolah Minggu menarik perhatian anak, namun rupanya di luar sana banyak hal yang lebih menarik perhatian anak-anak. Permainan game online yang mengharuskan pemainnya selalu online rupanya bisa membuat gambar yang lebih menarik dan tantangan-tantangan baru setiap hari.
Rekan Guru Sekolah Minggu, jika kita tidak melakukan sesuatu, maka di masa depan, gereja akan mengalami “krisis Pelayan Tuhan”. Siapa yang akan melayani anak-anak beberapa dekade dari sekarang?
Namun pertanyaan besarnya adalah apa itu “sesuatu” yang bisa kita lakukan?
Ada sebuah lagu Sekolah Minggu yang selalu saya ingat, “Dia harus makin bertambah, ku harus makin berkurang. Nama Yesus saja disembah, ku di tempat paling b’lakang. Bila Yesus ditinggikan dan salib-Nya dic’ritakan, pasti Dia menarik semua orang datang kepada-Nya s’karang”
Saudara, memperlombakan program Sekolah Minggu dengan program sekuler dan gadget tidak akan pernah berhasil. Satu-satunya cara membuat anak-anak itu datang kepada Tuhan adalah dengan memposisikan Tuhan di tempat yang benar, artinya menjadikan Tuhan sebagai prioritas dalam Sekolah Minggu kita. Bukan permainan menarik, bukan dekorasi, bukan hadiah yang keren, tapi tempatkan TUHAN sebagai prioritas dan “daya tarik” bagi anak-anak.
Selanjutnya, Anda mungkin bisa meminta dukungan dari Gembala di gereja Anda untuk memberi pengertian pada orang tua mengenai “pentingnya anak-anak berjemaat dan bersekutu bersama Saudara seiman sejak kecil”.
Hal berikutnya adalah dengan membangun hubungan. Pernahkah Anda mendengar tentang gembala yang meninggalkan 99 ekor domba untuk menyelamatkan satu domba yang hilang? Pernahkah Anda berpikir apa yang terjadi dengan 99 ekor domba lainnya? Apakah mereka tidak pergi dan kemudian hilang seperti satu domba itu? Saya yakin gembala yang diceritakan di kisah itu berhati-hati dengan 99 ekor domba lainnya dengan menjaganya baik-baik di kandangnya.
Saudara, berapapun jumlah anak-anak yang dipercayakan pada kita, mereka perlu “dijaga” dengan baik. Cara “menjaga” mereka? bangun HUBUNGAN dengan mereka. Jangan hanya sekedar melihat mereka sebagai data statistik yang memenuhi Sekolah Minggu Anda. Mereka punya nama, mereka punya tanggal ulang tahun, mereka punya masalah di sekolah mereka. Miliki database mereka, doakan mereka dan bangun hubungan dengan mereka.
Sekolah Minggu hanya memiliki waktu satu sampai dua jam sehari. Namun berapapun waktu yang dimiliki, Tuhan memberi Anda waktu untuk berinvestasi dalam kehidupan setiap anak-anak. Mari kita jadi pahlawan Tuhan yang bertanggungjawab dan pada akhirnya Tuhan akan berkata “hai kau hamba-Ku yang baik dan setia,…”
Selamat melayani, Pahlawan Tuhan
Yoanna Greissia