Membesarkan Anak di Era Digital

Era digital tidak hanya mempengaruhi anak-anak, tapi juga orang dewasa. Itu sebabnya tidak hanya ada perbedaan antara “anak-anak jaman dahulu” dan “anak-anak sekarang”, tapi juga ada perbedaan antara “orang tua jaman dahulu” dan orang tua sekarang”, juga “guru-guru jaman dahulu” dan “guru-guru sekarang”. Semua orang terkena imbas dari majunya teknologi yang demikian pesat.

Orang tua di era digital menggunakan teknologi seperti TV, smartphone, komputer, dan tablet untuk “mengelola” kehidupan keluarga dan untuk mengasuh anak-anak mereka. Ketika anak-anak tumbuh dewasa, orang tua dan anak-anak memiliki jumlah tatap muka yang sangat sedikit, bahkan mereka memiliki kualitas hubungan yang lebih rendah dibanding era sebelumnya.

Berikut adalah beberapa hal yang harus diketahui orang tua terlebih dahulu:

1. Tidak ada batasan lagi untuk teknologi

Orang tua harus mengakui bahwa jaman telah berubah. Sebelum jaman ini, ada batasan untuk anak-anak bermain dengan peralatan elektronik, seperti anak-anak baru bisa bermain di komputer orang tua atau baru bisa terhubung dengan internet jika hotspot di rumah dijalankan.

Sekarang, setiap anggota keluarga (bahkan anak-anak usia dini) memiliki smartphone masing-masing, dan setiap orang dapat terkoneksi kapanpun dengan jaringan internet – saat di toilet, mengantri di mini market, atau bahkan ketika duduk di meja makan. Dan anak-anak mengetahui hal ini. Kapanpun ada kesempatan, mereka berusaha untuk tetap “online”

 

Permainan (dan jaringan lain) yang bersifat online tidak dapat memilih penggunanya. Walaupun ada batasan usia, namun tidak ada yang benar-benar melihat siapa yang sedang memainkannya. Saat ini ada banyak games online yang tidak layak dimainkan anak-anak, misalnya ketika tokoh dalam games itu (yang dimainkan anak-anak) perlu memperkosa beberapa orang untuk mendapat gems atau koin atau apapun.

Hal paling baik yang dapat dilakukan adalah habiskan waktu untuk bermain bersama anak-anak. Secara alami, anak-anak sejak dini suka berada bersama orang tua mereka. Orang tua digital-lah yang terkadang membuat jarak antara diri mereka dengan anak-anak. Bukankah ironis? Ketika tidak ada batasan untuk teknologi justru teknologi membatasi anak dengan orang tua?

2. Tahu kapan harus BERHENTI!

Beberapa aplikasi di smartphone mungkin baik untuk meningkatkan koordinasi mata dan tangan anak-anak, atau bermain strategi, atau belajar membaca dan musik. Tapi sebagai orang tua (dan juga guru) kita harus tahu kapan harus BERHENTI. Bagi orang tua, tetapkan batas waktu penggunaan smartphone untuk anak-anak. Menurut penelitian yang dilakukan di Universitas Bristol, anak-anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari di depan layar akan memiliki 60% resiko yang lebih tinggi untuk mengalami masalah psikologi daripada anak-anak lain (yang menghabiskan waktu lebih kurang dari 2 jam).

Jadi, berapa jam seharusnya? Saat ini rata-rata anak-anak berusia 8 – 18 tahun berada di depan layar media lebih dari 8 jam per hari. Dokter Anak menyarankan agar anak-anak menghabiskan waktu tidak lebih dari 1-2 jam sehari di depan layar.

Orang tua lah yang harus menentukan kapan dan media apa yang dapat dipilih oleh anak-anak mereka. Bukan karena media-media itu buruk, tapi perlu ada keseimbangan dalam kehidupan anak-anak, untuk menjaga psikologi mereka tetap sehat. Mereka perlu menggerakan tubuh, main di luar dengan teman, atau kegiatan lain yang melibatkan tangan dan tubuh. Berada di depan layar (TV atau smartphone) lebih banyak merusak daripada memberi manfaat.

3. Bedakan antara PILIHAN dan KECANDUAN

Ada perbedaan yang SANGAT BESAR antara pilihan dan kecanduan. Seorang anak mungkin MEMILIH mengabiskan malam dengan menjelajahi internet karena dia lebih menikmati aktivitas itu dibanding keluar dengan teman atau berolahraga. Anak ini tidak bermasalah tanpa gadget atau peralatan elektroniknya, tapi memilih untuk menggunakannya ketika diberi kesempatan.

Dalam KECANDUAN, seseorang tidak dapat hidup tanpa sesuatu dan mengalami suatu ‘kekosongan’ ketika sesuatu itu tidak tersedia. Ada berapa banyak anak-anak saat ini menunjukkan gejala kecanduan teknologi? dan bukan hanya sekedar memilih atau menyukai teknologi. Oh ya, penelitian menunjukkan 40 persen mahasiswa mengindikasikan tidak dapat bertahan 10 menit tanpa memegang media elektronik mereka.

 

Tentu saja orang tua digital saat ini juga memiliki tantangan yang sama. Sebuah penelitian di Britons University menunjukkan bahwa 53 % orang dewasa merasa kesal ketika tidak dapat mengakses suatu situs yang mereka sukai dan 40 % merasa kesepian ketika tidak dapat online bahkan dalam waktu yang sangat singkat.

Sementara itu, 38% anak-anak berusia 10-18 tahun merasa kewalahan dengan teknologi dan kurang dari 34% orang dewasa yang merasa kewalahan. Anak-anak dan remaja ternyata lebih kewalahan dari yang kita kira. Mungkin mereka mencari bantuan orang dewasa untuk membantu mereka mendefinisikan antara PILIHAN dan KECANDUAN.

4. Fokus pada teknologi yang dapat MENYATUKAN orang tua dengan anak

Orang tua, bagaimana tingkat hubungan kita dengan anak-anak kita? Apakah kita sangat dekat dengan mereka atau justru terisolasi dari mereka?

Jaman sekarang, kita sering melihat anak-anak yang tenggelam dalam gadget atau permainan elektronik mereka? Sementara orang tua mereka sibuk, anak-anak pun dibuat sibuk dengan games di peralatan yang diberikan orang tuanya. Saat mengikuti orang tua belanja atau berjalan di mall, anak-anak fokus pada gadget mereka dan hanya melihat sesekali pada orang tua untuk memastikan mereka tidak ketinggalan.

Anak-anak seolah hidup dalam dua dunia, mereka tenggelam dalam dunia tidak nyata yang penuh kekerasan dan kesenangan namun tubuh mereka berada di dunia nyata yang tidak terlalu mereka sadari keberadaannya.

Sebagai orang tua, kita harus bisa memilihkan untuk anak (dan diri kita sendiri) teknologi yang dapat menyatukan kita dengan anak-anak kita dan bukan justru memisahkan (dengan alasan kesenangan anak, kesibukan orang tua atau apapun).

5. Anda tetap memiliki OTORITAS

Orang tua bingung dengan anak yang rewel kemudian memberi mereka gadget agar mereka tenang. Setiap kali mereka rewel, anak-anak diberi gadget. Lama kelamaan, anak-anak akan melihat bahwa otoritas di rumah itu adalah gadget dan mereka sendiri atas orang tua. Anak-anak dapat menjadi sangat marah ketika suatu saat orang tua mematikan TV,  tidak memberi mereka gadget atau peralatan elektronik yang mereka inginkan.

Orang tua, ingatlah, ANDA dipercayakan Tuhan atas anak-anak Anda. Artinya, ANDA MEMILIKI OTORITAS atas mereka. Lebih baik mendengar mereka menangis sekarang karena Anda mengambil (atau membatasi waktu penggunaan) gadget, daripada Anda dan mereka bersama-sama menangis karena masalah di kemudian hari.

Habiskan waktu yang berkualitas bersama dengan mereka!

Anda tetap harus lebih penting di mata mereka di banding gadget atau peralatan elektronik lainnnya. Sebaliknya, anak-anak Anda harus lebih penting di mata Anda dibanding gadget atau peralatan elektronik Anda. 

Sebenarnya, pilihan pertama ada di tangan Anda. Andalah yang terlebih dulu harus menempatkan anak-anak lebih penting daripada gadget atau peralatan elektronik Anda… dan kemudian anak-anak akan melakukan hal yang sama.

Bukankah Tuhan yang berinisiatif memulihkan hubungan antara diri-Nya sendiri dengan manusia dengan turun ke dunia dan menjadi salah satu dari kita? YA! inisiatif memperbaiki hubungan harus datang dari pihak otoritas. Anda adalah otoritas yang sudah ditunjuk Tuhan atas anak-anak Anda. Ambil tindakan sekarang sebelum terlambat.

 

Tulisan berikutnya akan ditujukan untuk para guru (dan guru sekolah minggu)

Mendidik Anak di era digital.

 

 

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s